Sukses

Miniatur Pelepah Pisang Karya Milenial Gorontalo di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 yang memukul semua sektor menjadi salah satu pemicu angka pengangguran. Dampak tersebut juga turut dirasakan oleh warga Gorontalo,

Liputan6.com, Gorontalo - Pandemi Covid-19 yang memukul semua sektor menjadi salah satu pemicu meningkatnya angka pengangguran. Dampak tersebut juga turut dirasakan oleh warga Gorontalo, terutama bagi mereka kaum milenial yang terpaksa memilih menganggur karena kehilangan pekerjaan.

Bahkan berdasarkan data yang dirilis Balai Pusat Statistik (BPS) Gorontalo, tercatat kurang lebih ada enam ribu orang  menjadi pengangguran akibat Covid-19.

Namun hal ini tidak menjadi halangan bagi kaum muda untuk berinovasi. Meski sebagian dari mereka harus menerima risiko tersebut, tak membuat mereka mudah putus asa.

Seperti halnya pemuda di Dusun Donggala, Desa Tontayuo Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Mereka malah membuat inovasi yang bernilai ekonomis. Pemuda ini menjadikan limbah pelepah dan daun pisang jadi miniatur dan hiasan dalam rumah.

Produk berbahan pelepah kering ini diantaranya disulap menjadi miniatur kapal pinisi, lukisan, kapal dalam botol, gantungan kunci hingga produk pembungkus makanan.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Banyak Peminat

Akhirnya, kerajinan ini mendapat banyak peminat dari masyarakat Kota Gorontalo. Harganya pun bernilai fantastis, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung tingkat kesulitan mereka saat membuat.

"Kami harus melakukan ini karena sudah tidak ada pilihan lain, ditengah pandemi hanya bagaimana kita mampu beradaptasi," kata Yunus Bahari salah satu dari mereka kepada Liputan6.com.

Menurut Yunus, awal ide mereka menggagas usaha kreatif ini bermula saat mereka gabung dengan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Batudaa Pantai. Hal ini dilakukan karena tidak adanya aktivitas mereka saat pandemi, akhirnya mereka mencoba ciptakan kerajinan itu.

"Kami kemudian mengumpulkan teman-teman yang menganggur dan memiliki potensi di bidang kerajinan. Nah, terbentuklah satu kelompok yang diberi nama Kaula Pemuda Kreatif,” ujarnya.

Selain itu, kata Yunus, proses pembuatan kerajinan tersebut juga masih menggunakan alat seadanya. Namun, hasilnya memiliki kualitas yang bisa bertahan hingga bertahun-tahun.

“Bahannya daun dan pelepah pisang yang sudah kering. Paling sulit adalah membuat lukisan wajah, alat sederhana memungkinkan kami menggambar secara manual.” tutur Yunus.

Akhirnya saat ini mereka kebanjiran pemesan. Harapan mereka agar pemerintah mau memperhatikan usaha dan inovasi tersebut, sebab hanya usaha kreativitas seperti ini lah yang bisa bertahan di tengah pandemi.

"Mudah-mudahan ini mendapat perhatian dari pemerintah untuk kami korban pandemi. Minimal mereka mau membuka pasar," ucap Yunus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.