Sukses

Krisis Air Bersih Berkepanjangan Hantui Sumbawa

Sejumlah wilayah di Indonesia yang memiliki curah hujan rendah kerap mengalaminya, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Liputan6.com, Sumbawa - Persoalan kekurangan air bersih akibat kekeringan secara jangka panjang memunculkan dampak kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh. Sejumlah wilayah di Indonesia yang memiliki curah hujan rendah kerap mengalaminya, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB). Kekeringan di Sumbawa terjadi hampir setiap tahunnya.

Praktisi Kesehatan Penyakit Dalam, dokter Ari Fahrial Syam mengingatkan, kekeringan bisa saja memunculkan penyakit diare. Sebab, warga memiliki keterbatasan mendapatkan air dengan kualitas yang baik. Hanya saja, dia menilai, kasus-kasus diare di daerah memang harus dilihat dulu penyebabnya. Terlebih, sanitasi yang buruk juga bisa menjadi penyebab diare.

"Artinya, sumber dari virus itu larinya dari makanan dan minuman. Jadi kalau makanan itu kita konsumsi, tercemar tentu menjadi infeksi. Kemudian minuman tercemar, menjadi infeksi," tuturnya, Jumat (6/11/2020).

Saat ini, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat, ada 42 desa yang tersebur di 17 kecamatan di Sumbawa yang mengalami krisis air bersih saat ini. Dampaknya, ratusan ribu warga kekurangan air bersih.

Ironisnya, masalah menahun ini berbanding lurus dengan jumlah kasus diare yang terbilang tinggi. Berdasarkan Profil Kesehatan NTB tahun 2019, puskesmas dan RS di Kabupaten menangani 11.439 kasus diare pada semua umur dan 4.331 kasus diare pada balita.

Pada prinsipnya, pemerintah baik pusat maupun daerah disebut Ari mesti mengidentifikasi masalah diare.

Anggota DPRD Provinsi dari Fraksi Gerindra, H Talib, mengaku prihatin mendapati sejumlah desa dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih. Pemerintah dimintanya untuk tanggap, karena air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan.

Dirinya meminta desa-desa yang dilanda kekurangan air bersih untuk mengajukan proposal, sehingga dapat dibantu oleh pemerintah provinsi.

Masalah infrastruktur, menurut H Talib, persoalan yang besar yang dihadapi adalah kurangnya infrastruktur. Kalau infrastruktur bagus, dia yakin air dapat didatangkan.

Salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa, Edwan juga mengakui, solusi dari masalah kekeringan ini adalah menambah jumlah sumur bor dan infrastrukturnya. Karena saat ini, kapasitas pipa di Kecamatan Lopok masih terbilang kurang memadai.

Menanggapi masalah ini, Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa Jarot-Mokhlis berikhtiar akan memperbaiki dan melengkapi infrastruktur. Mereka ingin persoalan kebutuhan air bersih dapat dipenuhi secara merata.

"Ke depan jika kami memimpin Sumbawa maka salah satu yang akan menjadi perhatian yaitu ketersediaan air bersih bagi warga di 17 kecamatan dan 42 desa yang setiap tahun mengalami kekeringan," kata Calon Bupati Sumbawa, H Jarot, di Kecamatan Terano.

Salah satu cara yang dapat dilakukan, kata Jarot, adalah dengan melengkapi dan menambah jumlah dan kapasitas pipa air. Penambahan jumlah sumur dan kedalamannya juga perlu dilakukan. Kedalaman sumur dari yang saat ini sekitar 30 meter menjadi 50 sampai 80 meter.

"Kekeringan ini setiap tahun rutin terjadi, semoga kami memimpin Sumbawa dan melepaskan kesulitan warga khususnya dalam ketersediaan air bersih," katanya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.