Sukses

Jurus Pedagang Pakaian Bekas Makassar Bertahan Hidup di Tengah Pandemi Covid-19

Mereka memutar otak agar dagangannya tetap laku, pasalnya pengunjung pasar dibatasi 4 sampai 7 orang saja dalam sehari.

Liputan6.com, Makassar - Tak hanya masyarakat biasa yang terkena dampak pandemi Virus Corona atau Covid-19. Sejumlah pedagang di pasar tradisional pun turut merasakan hal yang sama. Salah satunya yang dirasakan langsung oleh pedagang pakaian bekas atau Cakar di Pasar Terong, Makassar.

Demi bertahan hidup di tengah masa yang serba dibatasi ini, para pedagang cakar tersebut tak hanya dituntut menjaga kesehatan dan keluarganya. Secara tak langsung mereka juga harus berpikir agar dagangan Cakarnya tetap laku.

"Pandemi corona ini asli mempengaruhi semuanya. Uang tabungan terkuras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sementara aktivitas pasar dibatasi hanya sampai siang hari. Pendapatan sangat minus," kata Daeng Naro, seorang pedagang cakar di Pasar Terong, Makassar, Selasa (3/11/2020).

Selama ini, aktivitas pasar di Makassar hanya sampai siang hari saja. Daeng Naro pun sempat mengaku kewalahan, pasalnya pembeli yang datang hanya berkisar 4 sampai 7 orang saja. 

"Kami juga akui, warga tentunya lebih ingin mengeluarkan uang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk makan dan minum serta vitamin buat imun tubuh," terang Naro.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berjualan Daring

Seiring melandainya kasus Covid-19 di Makassar, pemerintah daerah pun mengubah kebijakan yang tentunya sedikit melonggarkan aktivitas masyarakat Kota Makassar, perlahan dagangan Cakar miliknya mulai ramai. Pengunjung yang pada umumnya dari kalangan muda milineal mulai berdatangan melihat-lihat dan akhirnya membeli sesuai keinginannya.

"Meski masih terbatas tapi sudah sangat lumayan, pembeli mulai ramai. Pakaian cakar berupa sweater, celana jeans hingga celana training untuk berolahraga mulai jadi incaran pembeli meski harga yang dibandrol masih terbilang harga normal yakni kisaran Rp30.000 sampai Rp50.000," ungkap Naro.

Ia menceritakan, ada beragam strategi yang dilakukan pedagang Cakar dalam menarik minat pembelinya apalagi di tengah pandemi corona yang serba terbatas.

Selain ada yang memanfaatkan fasilitas media sosial (medsos) Facebook berupa live streaming untuk memasarkan dagangan cakarnya, juga ada yang cukup memajang dagangannya andalannya yang modelnya sedikit mengikuti gaya kekinian anak milenial di lapak-lapak mereka. Dengan begitu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang didominasi oleh kaum remaja itu singgah membeli.

"Nah saya termasuk yang melakukan kedua jurus jitu itu," tutur Naro.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.