Sukses

Waspada Hipnotis Berkedok Pengobatan Kakek Sakti, Begini Modusnya

Polresta Pekanbaru menangkap tiga WNA pelaku hipnotis di mana korban mengalami kerugian Rp700 juta dengan modus berobat menemui kakek sakti.

Liputan6.com, Pekanbaru - Ketakutan mendapat bala karena tidak berhasil menemui kakek misterius membuat warga Pekanbaru, Yusni, kehilangan uang tunai serta harta benda senilai Rp700 juta. Ini terjadi setelah perempuan 57 tahun tersebut terkena hipnotis tiga warga negara asing (WNA).

Menurut Kapolresta Pekanbaru Komisaris Besar Nandang Mu'min Wijaya, kasus hipnotis atau penipuan bermodus pengobatan alternatif ini juga melibatkan warga Kalimantan Barat inisial MAD.

"Sementara tiga WNA berinisial YXH, LXY dan AI," kata Nandang, Senin siang, 2 November 2020.

AI yang berasal dari Taiwan masih buronan. Adapun YXH dan LXY berasal dari Republik Rakyat Tiongkok, serta MAD sudah tertangkap.

"Dari tiga tersangka disita sebuah mobil, beberapa bungkus garam, beberapa lembar tisu dan beberapa botol minuman air mineral serta uang jutaan rupiah," kata Nandang.

Nandang menjelaskan, empat pelaku sudah saling kenal 20 hari sebelum beraksi pada Oktober 2020. Keempatnya bertemu di sebuah restoran di Jakarta dan berencana mencari korban di Pulau Sumatra berbekal ilmu hipnotis.

Mereka tiba di Pekanbaru pada 19 Oktober 2020 lalu menuju sebuah pasar tradisional di Jalan Ahmad Yani. Saat itu, seorang tersangka berpura-pura menjadi pembeli cabai dan bawang, di mana di lokasi itu ada korban Yusni.

"Yusni ini juga pembeli, seorang tersangka pura-pura bertanya pernah melihat bawang warna hijau atau tidak. Saat itulah korban mulai terkena hipnotis," kata Nandang.

Di bawah pengaruh tersangka, korban lalu ditanya apakah menderita sakit atau tidak. Dengan jujur korban menjawab ada sehingga tersangka lain datang dan menyatakan bawang hijau merupakan obat mujarab.

Para tersangka kemudian membawa korban masuk ke dalam mobil dengan alasan akan membawa berobat. Para tersangka menyebut akan menemui kakek sakti di salah satu gang tak jauh dari pasar.

"Sampai di gang tadi, para tersangka menyebut kakek tidak ada di rumah dan ini berakibat fatal. Tersangka menyebut korban akan mendapat sial ataupun bala," kata Nandang.

Masih di bawah pengaruh hipnotis, satu tersangka menyebut bisa mengobati tapi dengan syarat korban menyerahkan uang dan perhiasan. Dengan lugunya, korban mengambil perhiasan dan uang ke rumahnya, sementara tersangka menunggu di mobil.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Uang Ditukar Garam dan Tisu

Tak hanya itu, korban juga diarahkan para tersangka mengambil uang di dua bank berbeda. Semua perhiasan dan uang yang diserahkan kepada para tersangka bernilai Rp700 juta.

"Selanjutnya, korban diturunkan dari mobil di pinggir sebuah bank di Jalan Jenderal Sudirman," kata Nandang.

Sebelum turun, para tersangka memberikan beberapa bungkusan hitam. Menurut para tersangka, bungkusan itu berisi uang serta perhiasan milik korban dan baru boleh dibuka setelah sampai rumah.

Penuturan tersangka, bungkusan itu juga berisi obat agar korban tidak terkena bala karena gagal menemui kakek sakti. Korban percaya begitu saja karena masih terhipnotis.

"Setelah tersangka pergi, korban membuka bungkusan. Ternyata isinya beberapa lembar tisu untuk membalut beberapa bungkus garam dan beberapa botol air mineral," kata Nandang.

Menurut Nandang, para tersangka tertangkap di daerah Kerinci, Provinsi Jambi. Dari harta dan uang Rp700 juta, petugas hanya menemukan beberapa juta karena sisanya dilarikan tersangka AI.

"Jadi tiga tersangka yang tertangkap ini baru dapat Rp3 juta sebagai uang jalan karena otak pelakunya adalah AI," kata Nandang.

Sementara, Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Komisaris Awaludin Syam menjelaskan, niat awal tersangka beraksi di setiap provinsi di Sumatra. Hanya saja yang berhasil menemukan korban hanya di Pekanbaru.

"Mereka sudah berniat beraksi di Bengkulu, Jambi, Padang atau semua provinsi di Sumatra, baru ketemu korbannya di Pekanbaru," kata Awal.

Menurut Awal, dari para tersangka hanya warga Kalimantan Barat yang bisa berbahasa Indonesia. Sisanya hanya bisa berbahasa Tiongkok sehingga korbannya juga keturunan Tionghoa di Pekanbaru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.