Sukses

Buah Kesuksesan Urban Farming Hingga Ekonomi Kerakyatan Warga Sumsel

Pertamina menggandeng para warga dan pelaku UMKM untuk meningkatkan perekonomian kerakyatan dengan berbagai program.

Liputan6.com, Palembang - Deretan ember berwarna hijau berjejer rapi di depan rumah Tahyudi (45). Terlihat juga tanaman hijau yang tumbuh di gelas plastik yang mengelilingi bibir ember dan tanaman aquaponik, menambah kesan asri di halaman rumahnya.

Senyum sumringah Tahyudi, warga Lorong Setia RT 10 Kelurahan Talangbubuk Kecamatan Plaju Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) tergambar di wajahnya.

Dia bersama beberapa anggota kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mari Setia, begitu senang, dengan usaha budidaya ikan dalam ember (budikdamber) dan aquaponik yang sangat menguntungkan.

Bahkan banyak warganya lainnya turut serta menggerakkan urban farming, dengan memanfaatkan lahan terbatas di halaman rumah.

“Ada banyak keuntungan dari usaha ini, salah satunya bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga. Usaha ini juga bisa menjadi gambaran gerakan ketahanan pangan skala rumahan, yang mulai dilirik oleh para warga sekitar,” ucapnya kepada Liputan6.com, Sabtu (31/10/2020).

Jauh sebelum populer, Tahyudi dan kelompoknya sudah merintis budikdamber pada akhir tahun 2019. Yaitu melalui bantuan dari program tanggung jawab sosial CSR Pertamina RU III Plaju Palembang Sumsel.

Selain kelompok Lorong Setia, juga ada tiga kelompok lainnya yang mendapatkan bantuan yang sama yakni kelompok di Lorong Mari, Lorong Mulia, dan Lorong Sepakat, Kelurahan Talangbubuk, Plaju.

Program Urban Farming dan kemandirian ekonomi kerakyatan dari Pertamina, menguatkan usahanya hingga meluas. Seperti pembinaan, bantuan peralatan hingga dana modal.

Dia dan warga lainnya mendapatkan bantuan berupa puluhan unit ember, ribuan bibit ikan dan tanaman sayur mayur serta bantuan modal sekitar Rp15 jutaan.

Di masa pandemi Covid-19, gerakan ketahanan pangannya menjadi surga bagi warga Lorong Setia Palembang. Saat minimnya lowongan kerja sebagai buruh kasar, dia masih bisa memenuhi kebutuhan hidup untuk keluarganya. Rata-rata sekali panen, mereka bisa mendapatkan keuntungan Rp 500.000 per kelompok.

"Panen kangkung bisa 2 kali dalam 1 bulan, dan tanaman dapat bertahan maksimal selama 3 bulan. Untuk panen ikan lele dilakukan setiap 2-3 bulan sekali dengan 1.000 ekor bibit dapat menghasilkan rata-rata 90-100 Kg per sekali panen. Kalau perawatannya bagus, tingkat ketahanan hidup lele bisa mencapai 95 persen,” ucapnya.

Dia juga menjadi motivator bagi warga sekitar, agar turut melakukan gerakan ketahanan pangan skala kecil. Terlebih banyak warganya yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.

“Banyak warga yang ikut serta menggerakkan urban farming, walau belum seluruhnya mengikuti. Tapi urban farming yang diedukasi Pertamina, cukup menambah penghasilan saya dan para warga,” ujarnya.

Bumdikdamber kini sudah menuai hasil. Tahyudi dan anggota kelompoknya bisa menjual ikan lele yang sudah panen ke para warga sekitar. Bahkan, tanaman aquaponiknya mengubah pola hidupnya lebih sehat. Karena tidak menggunakan pupuk kimia dan peptisida sintetis.

Awalnya, Ketua RT 10 ini memilih untuk menggeluti bumdikdamber agar bisa lebih banyak beraktivitas di rumah.

“Sebagai ketua RT, saya sulit membagi waktu untuk melayani masyarakat dan keluarga. Jadi saya memilih merintis bumdikdamber sejak bulan Maret 2019 lalu,” ucapnya di Palembang Sumsel.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Kelompok Mandiri

Sebelumnya, Region Manager Communication, Relations & CSR Sumbagsel Pertamina Dewi Sri Utami menuturkan, program untuk mendukung kemandirian ekonomi masyarakat, terus digulirkan Pertamina.

Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamina tidak hanya semata menjalankan kegiatan operasional bisnis Perusahaan, akan tetapi memiliki tugas untuk bersama-sama mendorong perekonomian masyarakat terutama di wilayah Ring I.

“Bantuan yang kami berikan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dan kesungguhan kelompok yang bersama-sama ingin maju dan mandiri. Di mana dalam setiap pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan yang dijalankan, Pertamina senantiasa merumuskan roadmap agar program dapat berkelanjutan dan memberikan manfaat optimal bagi masyarakat,” ujarnya.

Program Pertamina untuk kemandirian ekonomi kerakyatan juga menyasar pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Sumsel. Seperti usaha Rimanci Handbag yang digeluti Derici Wasikem (57), warga Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas (Mura) Sumsel.

Perantau asal Daerah Istimewa Yogyakarta ini mampu mengembangkan usaha rumahannya yaitu anyaman bambu untuk menjadi basic perekonomian warga sekitar.

Setelah sukses membawa usahanya menjadi juara lomba kerajinan yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Musi Rawas, UMKM-nya akhirnya dilirik Pertamina melalui Program Kemitraan (PK).

 

3 dari 5 halaman

Tingkatkan Ekonomi Kerakyatan

“Kerjasama kemitraan dengan Pertamina tidak hanya meningkatkan produksi dan penjualan saja. Tapi dengan ini, saya bisa merangkul para perempuan di sekitar rumah untuk turut berkreasi,” ujarnya.

Dia ingat betul, bagaimana penjualannya hanya bisa menyasar pasar lokal saja. Produknya juga tak mudah diterima pangsa pasar lokal, karena harganya yang lumayan tinggi dibandingkan produk pabrikan.

Namun setelah mengikuti PK Pertamina di tahun 2016 lalu serta mendapat pinjaman modal Rp40 juta, produknya pun plesiran ke berbagai pameran nasional dan dilirik banyak para wisatawan mancanegara.

Lalu di tahun 2019, Derici dan timnya diajak Pertamina untuk mengikuti pelatihan di Yogyakarta, untuk mengembangkan usaha tas dari kombinasi bahan bambu dan kulit. Usahanya berkembang pesat, sembari pinjaman modal kembali dikucurkan Pertamina sebesar Rp150 juta.

Pendanaan modal usaha dari Pertamina, lanjut Derici, sangat menguntungkannya. Selain tidak ada biaya tambahan, bunga pinjaman yang dibebankan juga sangat kecil sehingga tidak menyulitkannya.

Selain menyerap para pekerja dari kalangan menengah ke bawah, pengembangan usaha ini juga mampu membantu para petani di Musi Rawas.

“Dengan permodalan ini, saya bisa membeli bahan baku bambu dengan jumlah banyak. Ini juga sangat membantu petani bambu, yang biasanya tanaman bambunya sulit terjual. Dari usaha ini, pengaruhnya sangat besar ke perekonomian warga sekitar,” ujarnya.

 

4 dari 5 halaman

Local Hero Award

Penghargaan demi penghargaan akhirnya disematkan ke usahanya. Seperti akhir tahun 2019 lalu, Rimanci Handbag meraih Juara 3 Pertamina Local Hero Award 2019 Kategori Kemitraan.

“Produk kami meraih juara karena dinilai menggunakan bahan baku ramah lingkungan, mudah didapat, menghasilkan produk yang antik dan mampu meningkatkan perekonomian kerakyatan,” katanya.

Diungkapkan Unit Manager Comm, Rel. & CSR MOR II - Sumbagsel Umar Ibnu Hasan, Pertamina melalui Program Kemitraan (PK), mendukung kemajuan UMKM dengan memberikan pinjaman lunak atau dana bergulir, kepada Para pelaku UMKM, sesuai dengan kriteria yang berlaku.

Yang mana mencakup delapan sektor usaha, yaitu industri, perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan sektor lainnya. Program ini dilakukan dengan menyalurkan dana pinjaman, pendampingan, serta pembinaan usaha.

“Program Kemitraan Pertamina merupakan program pinjaman lunak untuk para pelaku UMKM hingga Rp200 juta, tanpa bunga dan provisi, hanya jasa administrasi 3 persen tahun,” katanya.

 

5 dari 5 halaman

Bantuan Pertamina

Menurutnya, jasa administrasi 3 persen tersebut secara kolektif akan dipergunakan untuk program pendampingan, dan pengembangan usaha bagi UMKM Mitra Binaan Pertamina. Yang mana untuk meningkatkan kemampuan usaha UMKM, agar menjadi tangguh dan mandiri, seperti: pelatihan, sertifikasi, hibah peralatan, pameran baik dalam dan luar negeri.

Di tahun 2020 Pertamina Region Sumbagsel telah menyalurkan Pinjaman Modal Usaha, melalui Program Kemitraan kepada 152 MB di lima Provinsi di wilayah Sumbagsel. Dengan total lebih dari Rp 21 miliar.

Di masa Pandemi Covid-19, UMKM sangat terkena dampaknya, seperti penurunan omzet yang cukup signifikan karena adanya PSBB dan penurunan daya beli masyarakat.

Pelaku UMKM didorong untuk dapat mengoptimalkan digitalisasi, dengan penjualan melalui market place. Proses ini yang memerlukan adaptasi dan pengenalan kepada Mitra Binaan.

“Kami berharap dengan adanya PK tersebut, dapat membantu meningkatkan kualitas para UMKM sehingga bisa berkembang dan maju bukan hanya regional, namun juga internasional,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.