Sukses

Fenomena Alam Langka, Hujan Es Turun di NTT

Hujan es melanda Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur.

Liputan6.com, Kupang - Hujan es melanda Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin siang (26/10/2020). Salah seorang warga Miomafo Barat, Retno Sila mengatakan, hujan es terjadi pukul 14.00 Wita.

"Tadi hujan berlangsung sekitar satu jam. Kalau hujan es hanya setengah jam," ungkap Retno, Senin (26/10/2020).

Menurut pengakuannya, es yang turun dari langit berukuran sebesar kelereng. Sebelumnya hujan es juga pernah melanda kawasan itu puluhan tahun yang lalu.

"Informasi dari orangtua di sini, katanya hujan es pernah terjadi 20 tahun lalu," ujar Retno.

Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes, membenarkan peristiwa hujan es di wilayahnya. Raymundus mengatakan, hujan es hanya terjadi di Kecamatan Miomafo Barat saja.

Khusus di Kabupaten TTU, hanya beberapa wilayah saja yang pernah terjadi hujan es yakni di daerah Miomafo, Insana dan sebagian Biboki.

"Tapi itu sudah terjadi beberapa tahun lalu," ujar dia.

"Sampai saat ini, tidak ada kerusakan rumah akibat hujan es itu," kata Raymundus menambahkan.

Sementara itu, Forecaster on Duty Stamet El Tari Kupang, Helny Mega Milla mengatakan, di NTT hujan es hanya terjadi di Kabupaten TTU.

Mega menuturkan, kejadian hujan lebat atau es disertai kilat atau petir, serta angin kencang berdurasi singkat, lebih banyak terjadi saat masa transisi musim atau pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

"Hujan es tersebut disebabkan oleh adanya awan kumulonimbus," kata Mega.

Indikasi terjadinya hujan lebat atau hujan es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat yakni, satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

Selanjutnya, mulai pukul 10.00 pagi, terlihat tumbuh awan cumulus (awan putih berlapis-lapis). Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol. Tahap berikutnya, lanjut dia, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam yang dikenal dengan awan cumulonimbus.

"Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat, terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri," katanya.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.