Sukses

Satu-satunya Siswa yang Tak Punya Ponsel, Agung Terpaksa Ujian Tatap Muka di Sekolah

Selama pembelajaran jarak jauh, Agung menebeng ponsel milik temannya.

Liputan6.com, Gunungkidul - Muhammad Agung Wahyudi (16), pelajar SMA N 1 Rongkop Gunungkidul hampir setiap harus 'nebeng' menggunakan ponsel milik temannya demi mengikuti proses pembelajaran jarak jauh (PJJ). Untuk tetap bisa belajar menggunakan ponsel temannya, ia harus bayar Rp10 ribu tiap minggu.

Kini saat menghadapi ujian semester, siswa kelas 10 IPS 2 itu mendapat fasilitas pinjam laptop dari pihak sekolah. Namun kendala baru ia hadapi. Agung harus menempuh perjalanan sekitar 5 kilometer dari rumahnya untuk sampai ke sekolah. Terpaksa dia harus meminjam sepeda motor milik kerabatnya untuk bisa mengerjakan soal ujian tersebut.

Agung mengaku di rumahnya memang sama sekali tidak ada ponsel pintar seperti di rumah teman-temannya kebanyakan. Kondisi ekonomi yang serba sulit dan membelit keluarganya tak memungkinkan ia memiliki ponsel. Ia hanya tinggal bersama dengan kakek-neneknya yang bekerja sebagai petani.

"Ya mau bagaimana lagi. Kasihan simbah kalau meminta handphone," ujarnya kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Agung mengatakan, saat ini ia hanya tinggal bersama kakek neneknya di Padukuhan Pringombo C, Kalurahan Pringombo Kepanewonan Rongkop. Ibunya sudah menikah lagi dan tinggal bersama suaminya di Kapenawonen Girisubo. Ayah kandungnya sudah meninggal sejak Agung berumur 6 tahun.

Beberapa kali ia sudah meminta kepada ibunya untuk membelikan ponsel karena selama ini memang kesulitan dalam belajar daring. Namun hingga saat ini, Ibunya belum juga membelikan ponsel walaupun bekas. Agung sangat mengerti dengan kondisi ibunya saat ini sehingga tidak terlalu banyak menuntut.

"Ndak apa-apa, saya terpaksa nebeng teman tidak masalah," ungkapnya.

Kini ia seorang diri tinggal bersama kakek neneknya yang serba terbatas. Sementara sang ibunda masih harus membiayai sekolah dua adiknya yang juga masih kecil. Sehingga ia memaklumi jika sampai saat ini ibunya belum memenuhi permintaannya untuk dibelikan ponsel.

Beruntung ada temannya yang bersedia berbagi ponsel untuk mengerjakan tugasnya. Dan karena memiliki perasaan tidak enak sama temannya yang memiliki ponsel tersebut, ia juga urunan untuk beli paket data. Setiap minggu, dari usahanya menyisihkan uang jajan, Agung iuran Rp10 ribu untuk membeli paket data.

"Ndak enak kalau tidak bantu beli pulsa. Dia tidak minta sih, saya sendiri yang ngasih," ujar Agung.

Siswa yang bercita-cita menjadi dokter ini hanya berharap pandemi Covid-19 segera usai. Ia tak mau banyak tuntutan kepada kakek dan neneknya.

"Ya bagaimana lagi, sekarang ya saya cuma nebeng hp temen, kadang ngasih sepuluh ribu seminggu untuk uang ganti kuota," tutur Agung.

Saat dikonfirmasi, Kepala SMAN 1 Rongkop Gunungkidul, Sariyah mengatakan, hanya ada satu siswa di sekolahnya yang tidak memiliki ponsel pintar, yaitu Agung. Ia sendiri terpaksa meminta Agung datang ke sekolah untuk mendapatkan fasilitas laptop dari sekolah untuk mengerjakan PTS.

"Kami mengeluarkan opsi ini karena di lokasi rumahnya tidak ada sinyal, di sini kan ada wifi," jelasnya.

Sari mengatakan, selama pandemi ini pihaknya telah melakukan pembelajaran dalam jaringan dan luar jaringan. Pembelajaran dalam jaringan digunakan selama pandemi bagi siswa yang memiliki ponsel.

"Tapi di sekolah kami hanya ananda Agung yang tidak punya, kami dampingi jika ujian kami persilakan ke sekolah dengan protokol ketat, saya rasa tidak masalah ya karena di SE Gubernur juga gak masalah kalau ini mendesak," tandas Sari.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.