Sukses

Menelisik Persebaran 60 Ribu Anggota Paguyuban Kandang Wesi hingga Luar Jawa

Pola perekrutan anggota Paguyuban Kandang Wesi dilakukan melalui mulut ke mulut yang dilakukan anggotanya.

Liputan6.com, Garut Eksistensi Paguyuban Kandang Wesi Tunggal Rahayu, di Kecamatan Caringin, Garut, Jawa Barat, semakin meluas. Total anggota kelompok ini mencapai 60 ribu yang tersebar di 15 kota kabupaten Jawa Barat, hingga luar pulau Jawa.

“Paling jauh ada yang dari Bengkulu, kalimantan hingga Sulawesi,” ujar Sekretaris II Paguyuban Endin Saepudin (50), dalam obrolannya dengan Liputan6.com, Jumat (11/9/2020).

Menurutnya, perekrutan anggota Paguyuban Kandang Wesi Tunggal Rahayu berdasarkan informasi yang menyebar dari mulut ke mulut, yang disebarkan melalui para anggotanya.

“Tidak ada iuran, apalagi harus bayar (iuran) bulanan, yang ada justru mau memberikan solusi,” katanya.

Saat ini, selain Garut beberapa anggota paguyuban menyebar di beberapa kota-kabupaten Jawa Barat, seperti Bandung, Kabupaten Ciamis, Kota dan kabupaten Tasik, Sumedang, kota Banjar, Subang, Purwakarta, Karawang, Bogor, Bekasi, Banten, Cirebon, hingga Kuningan.

“Selain Garut, yang paling banyak pengikut dari Majalengka,” ujar dia.

Tidak hanya di Jawa Barat, beberapa anggota Paguyuban Kang Wesi sudah menyebar hingga luar Jawa, sebut saja Bengkulu, Kalimantan dan Sulawesi.

“Kalau untuk Papua hingga kini belum ada yang ikut,” kata dia.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Umat

Dalam perkumpulan yang digelar setiap hari Kamis, tidak ada ritual khusus yang mengundang kecurigaan, termasuk merugikan masyarakat sekitar.

“Paling kami membicarakan pengajian, selawatan, tausiah, termasuk membicarakan soal solusi perekonomian buat umat, hanya itu saja,” ujarnya.

Bahkan khusus poin terakhir, Cakraningrat alias Sutarman selaku ketua paguyuban, kerap mengingatkan dan mengajak seluruh pengikutnya, pentingnya membuat solusi perekonomian agar bisa membantu umat.

“Uang amanah yang telah dititipkan ke Tuan Cakraningrat, salah satu tujuannya untuk mensejahterakan ekonomi masyarakat,” dia menjelaskan.

Endin membantah jika lembaganya dijadikan modus penipuan. Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh Ketua Paguyuban tidak menyalahi aturan.

“Ini banyak yang harus diluruskan, nanti pada saatnya kami akan menjelaskan semuanya,” ucapnya.

 

3 dari 4 halaman

NKRI Harga Mati

Endin menyatakan sejak pertama kali dibentuk, keberadaan paguyuban diharapkan memberikan solusi jangka panjang untuk mensejahterakan masyarakat.

"Dari awal cita-cita kami adalah membantu pemerintah," ujarnya. 

Ia mengklaim, perubahan posisi dan komposisi burung garuda dalam Lambang Negara Garuda Pancasila, sesuai dengan naskah awal yang dibuat Presiden Soekarno dan para ulama yang ikut merumuskan.

“Sedikit pun kami tidak ada rencana membuat negara apalagi melawan pemerintah,” ujarnya.

Dalam komitmennya Ketua Paguyuban Cakraningrat alias Sutarman, justru ingin membantu pemerintah, terutama mengenai persoalan ekonomi masyarakat.

“Jadi masyarakat yang tidak tercover program pemerintah, kami ingin membantu mencarikan jalan keluar,” katanya.

 

4 dari 4 halaman

Penggunaan Simbol Burung Gadura dan Benda Merah Putih

Menurutnya, kegaduhan mengenai perubahan posisi dan komposisi burung Garuda, sengaja diembuskan pihak tertentu yang ingin membuat suasana tidak kondusif.

“Banyak fakta dan data sebenarnya yang tidak diketahui masyarakat,” dia mengingatkan.

Tidak hanya itu, penggunaan simbol bendera merah putih dan Garuda Pancasila, merupakan bentuk kecintaan paguyuban terhadap negara.

“Buat kami seluruh anggota paguyuban sepakat bahwa NKRI harga mati, tidak ada rencana membuat negara,” ujarnya.

Seperti diketahui, Ketua Paguyuban Kandang Wesi Tunggul Rahayu, diduga telah melakukan pelecehan terhadap lambang negara Garuda Pancasila. Posisi kepala burung garuda  yang sebelumnya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang garuda) sebagaimana yang berlaku saat ini, berubah menjadi lurus menghadap ke depan.

Kemudian komposisi bagian tengah burung yang sebelumnya berisi padi-kapas, kepala banteng, pohon beringin, rantai dan bintang, menjadi bulatan berisi peta dunia dan tulisan 'GARUDA BOLA DUNIA'. Bahkan semboyan Bhineka Tunggal Ika, berubah menjadi 'Bhineka Tunggal Ika Soenata Logawa'.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.