Sukses

Keren, Siswa di Lereng Gunung Slamet Belajar Jarak Jauh dengan Handy Talky

Dengan radio komunikasi alias HT itu, pengajar bisa menyampaikan materi dari Purwokerto

Liputan6.com, Banyumas - Gagasan mengubah medium belajar daring di MTs Pakis Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok menjadi pembelajaran menggunakan frekuensi radio dimulai pada Jumat (7/8/2020). Pembelajaran online tidak bisa dijalankan di sekolah ini karena jaringan internet tidak menjangkau wilayah Dusun Pesawahan.

Belajar jarak jauh dengan handy talky atau HT itu, siswa bisa berhubungan gurunya kapan saja ia mau. Kendala komunikasi tertanggulangi.

Sebelumnya, pada Kamis, 6 Agustus 2020, MTs Pakis menguji coba pembelajaran menggunakan HT tersebut. Uji coba itu melibatkan Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI) diawali dengan melatih siswa cara menggunakan handy talky (HT). Mereka adalah perwakilan kelompok belajar yang dibentuk berdasarkan tempat tinggal terdekat.

"Adik-adik yang belum pernah pegang radio komunikasi, kita beri simulasi sekaligus pelatihan," kata Ketua ORARI lokal Banyumas Dr dr Muhamad Rifqy Setyanto, Sp.M (K).

Ada lima kelompok yang masing-masing terdiri atas empat kelompok. Sebelum ada fasilitas telekomunikasi radio, pengajar keliling ke lima titik secara bergantian.

Namun dengan radio komunikasi alias HT itu, pengajar bisa menyampaikan materi dari Purwokerto. Sementara siswa bisa menyimak materi dan berkomunikasi dengan pengajar secara dua arah.

Radio komunikasi yang digunakan yaitu radio komunikasi dua arah dan perangkat stasiun pancar ulang. HT yang mereka transmit memancarkan gelombang elektromagnetik ke stasiun pancar ulang kemudian diterima oleh gurunya yang berada di Purwokerto yang berjarak 20 kilometer dari Desa Gunung Lurah.

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Radio, Irit Tenaga dan Biaya

Dengan radio komunikasi, pengajar bisa menghemat waktu, biaya, dan tenaga karena tidak perlu keliling dari satu kelompok belajar ke kelompok belajar yang lain. Dan yang tak kalah penting, mengurangi kontak fisik untuk mengurangi risiko penyebaran Covid-19.

"Kalau tatap muka misalnya dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB ongkosnya gurunya besar, dan jam belajarnya tidak padat," ujar dia.

Dari hasil uji coba, baik suara peserta didik maupun Guru bisa didengar dengan jelas. Rencananya, pembelajaran menggunakan radio akan dimulai Jumat (7/8).

Ide pembelajaran dengan radio komunikasi bermula dari keprihatinan komunitas jurnalis dan mitra di Banyumas. Selama pandemi Covid-19, pemerintah melarang pembelajaran tatap muka.

Sekolah hanya boleh menjalankan proses pembelajaran secara virtual. Namun hal ini sulit terealisasi di daerah terpencil seperti MTs Pakis yang berada di dusun yang berbatasan langsung dengan hutan.

Di sekolah ini sinyal hanya bisa terdeteksi jika naik ke bukit. Itupun sinyal masih tidak stabil.

Sebagai alternatif, komunitas jurnalis ini menggandeng ORARI lokal Banyumas untuk menyediakan fasilitas komunikasi berbasis radio agar pembelajaran bisa tetap berjalan secara aman dan nyaman.

 

3 dari 3 halaman

Peran Pemda Banyumas

Dalam uji coba itu, baik Dr dr Muhamad Rifqy dan Agus Nur Hadie menyerahkan enam perangkat HT kepada pengurus dan relawan MTs Pakis yaitu Isrodin dan Ali. 

"Ini program untuk membantu pemda terkait kegiatan belajar mengajar yang sekarang menggunakan android,  tapi ternyata ada beberapa daerah tidak terjangkau signal internet," kata Agus Nur Hadie, Kepala Dinas Perhubungan Banyumas di sela-sela uji coba itu. 

Jika nantinya KBM dengan  radio komunikasi di MTs Pakis sukses, kata Agus Nur Hadie, akan berlanjut ke daerah lainnya yang tidak terjangkau layanan internet. 

Jika hasil evaluasi menunjukkan hasil positif, radio komunikasi akan diterapkan di daerah lainnya yang juga tidak ada jaringan internet.

Siswa kelas 8 MTs Pakis Reza Ramadani yang mengikuti simulasi itu, mengakui selama pandemi kesulitan untuk belajar karena tidak ada sinyal internet di kampungnya. 

"Ya selama ini kesulitan tidak bisa belajar karena tidak ada sinyal internet, tapi dengan radio komunikasi sangat membantu saya bisa belajar lagi," ujarnya. 

Sedangkan guru MTs Pakis, Nisa Roiyasah mengatakan, selama pandemi, ia bersama teman-teman mahasiswa yang menjadi bagian dari tenaga pendidik di MTs Pakis harus datang ke lokasi anak didiknya karena tidak ada alat komunikasi seperti internet. 

"Dengan adanya bantuan alat radio komunikasi ini sangat membantu kami sebagai bagian dari tenaga pendidik di MTs Pakis," katanya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.