Sukses

Hikayat Kampung Salapan, Hanya Boleh Dihuni 9 Keluarga atau Kena Musibah

Ada kepercayaan apabila ada penambahan kepala keluarga di Kampung 9, maka biasanya keluarga baru tersebut akan mendapat musibah

Liputan6.com, Karawang - Kampung 9 (Salapan) yang berada di Desa Gempol, Kecamatan, Banyusari, Karawang, punya keunikan tersendiri karena kampung tersebut berada di tengah area persawahan. Jumlah rumah di kampung unik itu hanya sembilan bangunan dengan jumlah jiwa tidak lebih dari 27 orang mulai orang dewasa dan anak-anak.

Nama Kampung 9 mulai digunakan pada tahun 2010. Nama sebelumnya kampung Babakan Nonolo atau Kampung Timbul.

Pergantian nama kampung dari Kampung Babakan Nonolo ke Kampung 9 setelah adanya penemuan bata merah berukuran besar 20x35 sentimeter diduga berasal dari abad ke-3 Masehi di areal persawahan oleh tim arkeolog dari Bandung.

"Nama kampung 9 digunakan pada tahun 2010, setelah ditemukan bata merah persis dengan bata merah di Candi Batujaya," kata juru bicara Kampung 9, Ato Warsito (50), Senin (27/7/2020.

Dia menerangkan jumlah rumah kepala keluarga tidak pernah mengalami penambahan. Padahal tidak ada aturan yang mengikat.

Hanya saja ada kepercayaan apabila ada penambahan kepala keluarga di Kampung 9, maka biasanya keluarga baru tersebut akan mendapat musibah. Akhirnya, dipastikan keluarga baru akan pindah ke luar kampung unik ini. Jumlah jiwa juga tidak pernah lebih dari 27 jiwa baik orang dewasa hingga anak-anak.

"Sejak dulu hanya ada sembilan KK, apabila lebih biasanya mendapat musibah secara mendadak," ucapnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tradisi Warga Kampung 9

Tradisi penduduk kampung 9 yang masih dipertahankan adalah tradisi ngabungbang dan warna pakaian adat biru tua dongker apabila ada acara adat Nyalin ketika akan memanen padi.

Ngabungbang merupakan tradisi tidak tidur semalaman di tempat terbuka tiap malam Sabtu. Dalam tradisi ngabungbang biasanya ada petuah dari warga kampung tersebut yang ditokohkan.

"Tradisi yang masih dipertahankan berupa nagbungbang dan upacara adat Nyalin dengan ciri khas pakaian warna biru tua," ucapnya.

Ato mengaku cerita silsilah Kampung Babakan Nonolo menjadi kampung sembilan setelah ada peneliti dari arkeolog dengan menjelaskan asal-muasal bata merah berukuran besar yang ditemukan di sekitar area persawahan tersebut. Namun secara keilmuan maupun sejarah belum bisa dibuktikan tentang sejarah bata merah tersebut.

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa batu bata tersebut diduga peninggalan abad ke-3. Diperkirakan bangunan merupakan sebuah candi atau benteng kerajaan. Namun belum bisa dipastikan karena penelitian belum bisa dilanjutkan.

 

3 dari 3 halaman

Diduga Lebih Tua dari Candi Jiwa Batujaya

Hal tersebut dikarenakan temuan berada di tanah hak milik. Jadi ketika ingin diadakan penggalian lebih lanjut harus ada campur tangan pemerintah untuk membebaskan lahan itu terlebih dahulu.

Bahkan ada yang menyebutkan bahwa bangunan ini terlebih dahulu ada sebelum Candi Jiwa berdiri di Batujaya. Sebab bangunan Candi Jiwa diperkirakan peninggalan sekitar abad ke-4.

"Dulu cerita sepuh ada peradaban seperti kerajaan dan terdahulu ada buku bertuliskan bahasa Sansakerta namun tidak mengetahui buku tersebut berada," jelasnya.

Menurut Ato, warga yang paling tua di kampung 9 bernama Bah Samin. Kini, usianya sudah 80 tahun lebih.

Bah Samin lebih tahu sejarah dahulu kala kampung ini. Namun pendengarannya sudah berkurang.

Adapun potongan bata merah masih dirawat dalam rumah sebagai bukti sejarah kampung 9.

"Hanya bata merah ini yang menjadi bukti adanya kampung sembilan," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.