Sukses

Awas Ancaman Bencana Mengerikan di Desa Poi Sulteng

Survei peneliti geofisika dari Untad dan Himpunan Ahli Geofisika Sulteng (HAGI) di gunung di Desa Poi, Kabupaten Sigi mengungkap potensi bencana yang dahsyat, yang mengancam Desa Poi

Liputan6.com, Palu - Survei peneliti geofisika dari Untad dan Himpunan Ahli Geofisika Sulteng (HAGI) di gunung di Desa Poi, Kabupaten Sigi mengungkap potensi bencana dahsyat, yang mengancam Desa Poi. Bahkan disebut lebih besar dari beberapa bencana yang sudah melanda desa itu.

Pascagempa berkekuatan 7,4 Magnitudo pada September tahun 2018, selama hampir dua tahun Desa Poi, di sebelah barat pusat Kabupaten Sigi jadi acap diterjang banjir bandang. Akibatnya dusun 2 dan 3 perlahan terkubur.

Musababnya adalah gunung yang berjarak sekitar 1,5 kilometer di belakang desa itu, yang karena diguncang gempa 7,4 magnitudo pada September 2018 lalu, kehilangan kekuatan. Akibatnya kandungan materialnya mudah longsor hingga terbawa ke desa.

Survei pada awal Juli lalu oleh peneliti geofisika Universitas Tadulako (Untad) dan Himpunan Ahli Geofisika Sulteng (HAGI) mengungkap potensi ancaman yang mengerikan dari gunung itu terhadap desa Poi.

“Kami lakukan survei pendahuluan di Poi, sampai sejauh mana efek yang ditimbulkan dari gunung itu,” kata Mauludin Kurniawan, salah satu peneliti dari HAGI Sulteng, Rabu (15/7/2020).

Berdasarkan survei itu, material yang telah sampai dan mengubur sebagian Desa Poi disebut belum mencapai setengah dari total kandungan gunung yang telah rapuh itu. sedangkan sisanya masih menumpuk di atas dan kapan saja bisa berjatuhan dan menerjang desa.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Material Batu dan Pasir Masih Tertahan di Kubangan Gunung

“Survei menggunakan drone. Lumpur, pasir, dan batu sebagian besar masih menumpuk di atas gunung itu, sedangkan massa bergerak yang telah sampai ke desa perkiraan kami belum mencapai seperempatnya,” beber Mauludin.

Area yang terbuka akibat longsor disebut telah berkontur terjal dan membentuk kubangan, tempat material yang lepas terakumulasi.

Dengan jarak gunung dan desa yang hanya sekitar 1,5 kilometer, ancaman terhadap keselamatan warga jadi nyata. Terlebih, jalur longsoran dari titik kubangan ke desa hanya sekitar dua kilometer.

Mauludin khawatir akan ada korban jika pemerintah setempat tidak segera mengambil langkah penyelamatan warga.

“Yang tampak adalah batu-batu sangat besar dan lumpur yang terakumulasi di atas. Potensi jatuhnya sangat besar, apalagi kalau dipicu gempa dan hujan deras,” dia mengungkapkan.

Sejauh ini dampak longsoran gunung itu ke Desa Poi sejak tahun 2019 terus meluas. Data dari Kecamatan Dolo Selatan hingga pertengahan bulan Mei, 2020 saja sebanyak 45 rumah warga dan 20 hektar lahan pertanian di desa itu telah tertimbun.

Bencana berpotensi akan terus meluas dan mengancam lebih dari 200 kepala keluarga yang masih tinggal di desa itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.