Sukses

Hap, Harimau Sumatra Akhirnya Masuk Perangkap Usai Memangsa 7 Ternak

Konflik harimau dan manusia kembali terjadi di Sumbar.

Liputan6.com, Padang Pariaman - Seeokor harimau sumatra masuk dalam perangkap yang sengaja dipasang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Nagari Surantih, Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).

Pemasangan perangkap terhadap harimau itu dilakukan karena pada Sabtu, 11 Juli 2020, satwa langka tersebut masuk ke permukiman penduduk dan memangsa ternak milik warga.

Satwa dilindungi bernama ilmiah Panthera tigris sumatrae itu memangsa 7 ekor kambing milik warga, tetapi hanya 1 kambing yang habis dimakan harimau.

"Iya masuk perangkapnya tadi pagi, saat ini masih ditangani dokter hewan," kata Kepala BKSDA Sumbar, Erly Sukrismanto kepada Liputan6.com, Senin (13/7/2020).

Dari info sementara, harimau sumatra tersebut berjenis kelamin betina, dan diperkirakan masih remaja. Pihaknya belum memutuskan tindakan selanjutnya terhadap satwa langka itu.

Erly menjelaskan ketika ada laporan dari masyarakat soal hewan ternaknya mati karena dimangsa hewan buas, BKSDA langsung turun ke lokasi.

"Awalnya kami mengira yang memangsa hewan ternak milik warga itu macan dahan," sebutnya.

Namun, setelah dipasang kamera pengawas, ada indikasi bahwa yang masuk ke permukiman tersebut adalah harimau. Sehingga pihaknya mengambil tindakan memasang perangkap.

Sebenarnya, lanjut Erly, pemasangan perangkap ini agar masyarakat yang sangat cemas bisa sedikit lebih tenang, hingga akhirnya seekor harimau masuk perangkap tadi pagi.

"Dua bulan lalu juga ada hewan ternak yang dimangsa di sana, kemudian dilakukan pengusiran agar satwa itu kembali ke hutan," katanya.

Terkait konflik antara harimau dengan manusia yang sering terjadi di beberapa daerah, Erly menjelaskan hal itu disebabkan oleh banyak faktor salah satunya belajar berburu karena baru berpisah dari induknya.

"Ketika harimau berpisah dari induknya, maka mereka harus mulai berburu sendiri sehingga berpotensi untuk memangsa manusia atau hewan ternak yang diikat di dekat hutan," katanya.

Kemudian penyebab lainnya, wilayah jelajah harimau yang semakin sedikit dan mangsanya juga tidak ada sehingga mereka masuk ke premukiman masyarakat.

Wilayah jelajah harimau cukup luas untuk berburu, mencapai 60 kilometer persegi, sehingga ketika tempat berburunya sudah semakin kecil atau rusak, maka mereka akan mencari alternatif dan terjadilah konflik tersebut.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.