Sukses

Membuat Terarium dari Stoples Kaca Bekas, Berkebun Tak Harus Mahal

Stoples bekas sudah tidak lagi jadi masalah karena sudah ada yang mendaur ulang dan menjadikannya wadah tanaman.

Liputan6.com, Bandung - Limbah stoples kaca bekas adalah salah satu barang bekas yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang tak sedap dipandang mata. Namun, stoples bekas sudah tidak lagi jadi masalah karena sudah ada yang mendaur ulang dan menjadikannya wadah tanaman.

Seperti halnya yang dilakukan Meiki W Paendong, seorang aktivis lingkungan di Bandung. Di tangan Meiki, stoples bekas ini disulap menjadi karya seni menata tanaman menggunakan model terarium.

Bagi penggemar terarium, wadah bening yang digunakan umumnya berukuran sedang dan kecil. Karena bentuk wadah yang sederhana itulah acapkali terarium menjadi alternatif memelihara tanaman hijau di rumah ketika tidak memiliki pekarangan. Selain itu, kebun miniatur ini bisa menjadi penghias ruangan.

"Ada yang dalam wadah baru dan ada yang wadah bekas. Aku sendiri memang lebih suka memanfaatkan botol bekas karena di rumah Ibu saya suka beli selai. Nah, daripada dibuang, saya coba bikin jadi wadah terarium," ujar Meiki kepada Liputan6.com, Kamis (25/6/2020).

Stoples-stoples bekas yang sudah tak terpakai terlebih dulu dicuci dan dikeringkan. Berikutnya, barulah mengisi stoples dengan tanaman.

Biasanya tanaman yang digunakan adalah tanaman yang mudah perawatannya. Meiki sendiri memilih jenis lumut dan paku-pakuan. Kedua jenis tanaman ini mudah dicari di sekitar rumah.

"Aku lebih menyukai tanaman yang ada di sekitar, enggak ada yang beli. Lebih banyak jenis lumut yang ada di sekitaran rumah, tapi ada juga yang aku ambil dari pohon yang sudah tumbang. Walaupun sebenarnya tumbuhan jenis biji-bijian juga bisa, aku belum coba saja," ujarnya.

Membuat terarium tentunya harus berpedoman dasar geometris. Namun demikian, para pehobi terarium memiliki kebebasan saat menata tanaman mereka sehingga biasanya taman miniatur yang dihasilkan menjadi lebih indah.

"Kalau lumutnya sudah mulai tumbuh, itu jadi lebih gampang. Bagian paling lama di penataan," ucap Meiki.

Menata tanaman dalam bentuk landscape menurut Meiki, terbilang susah-susah gampang. Memilih tanah yang tepat untuk tanaman yang dipilih, dan juga memastikan memilih tanaman yang pertumbuhannya lambat untuk menghindari kesan sesak.

"Selama belum puas pasti terus pembenahan sampai akhirnya sesuai dengan imajinasi yang kita inginkan," katanya.

Untuk menambah kesan alami, ada beberapa benda yang bisa ditambahkan ke dalam terarium seperti batu alam. Lagi-lagi benda tersebut tidak sulit dicari karena ada di sekitar kita.

"Membuat terarium ini bisa jadi suatu hobi yang cukup mudah dan cukup dengan memanfaatkan apa yang ada di rumah kita. Media tanamnya sudah ada di lingkungan sekitar kita, jadi enggak perlu keluar duit," ujarnya.

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berawal dari Percobaan

Awal berkembangnya terarium justru terjadi dari sebuah insiden ketidaksengajaan. Banyak yang menyebut penemunya adalah Natheniel Bagshaw Ward, seorang ahli fisika asal Inggris. 

Pada 1829, Ward melalui studi kasusnya sedang bereksperimen dengan ngengat dalam wadah tertutup ketika ia melihat spora benih yang tumbuh. Dia mengamati bahwa pada siang hari kelembaban akan mengembun di sisi wadah, sedangkan pada malam hari kelembaban akan mengalir ke tanah dengan mempertahankan kelembaban konstan.

Percobaan yang dilakukan Ward selama empat tahun konsisten mengamati perkecambahan spora benih. Akhirnya segel ke wadahnya berkarat dan spora aslinya mati karena terkena udara buruk.

Ward kemudian memutuskan untuk merancang dan membangun sebuah wadah kaca dan kayu yang akan menjadi terarium pertamanya. Percobaan inilah yang disebut dengan The Wardian Case. Dengan wadah baru ini, Ward berhasil menanam dan menumbuhkan tanaman pakis pilihan yang tumbuh subur di wadah tertutup.

Di Indonesia, terarium sudah diperkenalkan orang Eropa sejak era kolonial. Namun perkembangannya baru terasa di tahun 90-an. Kini, gaya berkebun dengan menggunakan terarium kembali menunjukkan tren kebangkitan.

 

3 dari 3 halaman

Pengisi Waktu Luang

Banyak anggapan, tren membuat terarium menjadi hobi atau kegiatan bermanfaat. Sebab, dengan cara ini kita bisa berkreasi menghias atau mendesain bentuk terrarium sesuka hati. Baik dengan penggunaan beragam bebatuan, wadah unik, maupun beragam jenis tanaman.

Meiki sudah dua tahun menekuni seni menghias tanaman dalam wadah transparan ini. Selama itu pula ia sudah membuat 12 terarium. Sebanyak tujuh di antaranya memakai stoples bekas dan sisanya menggunakan medium kayu dan pot bunga yang tersedia di rumah.

Meiki mengaku belajar autodidak tentang merawat terarium. Referensi dari media sosial saat ini banyak membantunya melakukan eksperimen.

"Kalau sekarang kan referensinya sudah banyak dari internet. Setelah belajar dari para praktisinya, saya coba mempraktikkan langsung pakai wadah bening. Setelah itu baru nyobain yang ditanam di luar wadah," katanya.

Selain memanfaatkan waktu luang, sekumpulan tumbuhan yang ada di terrarium tidak banyak menyita perhatian Meiki. Di sela aktivitasnya bekerja, Meiki selalu menyediakan waktu merawat tanaman dalam wadah bening tersebut.

"Dari sisi perawatan kalau yang dalam kemasan relatif lebih mudah karena syaratnya menjaga kelembaban. Tanamannya juga tidak perlu disemprot setiap hari, yang penting tetap dijaga di tempat teduh sambil sesekali diberi sinar matahari," ujarnya.

Dengan beragam corak tumbuhannya, Meiki mengaku terarium mampu menciptakan suasana jadi lebih segar dan bahagia.

"Jujur kegiatan ini adalah pelampiasan ketika emosi mulai meningkat. Begitu dilakukan, terarium ini bisa mereduksi tingkat stres," katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.