Sukses

Heboh Aksi Jemput Paksa Pasien Covid-19 di Blora, Pemprov Jateng Angkat Bicara

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, akhirnya angkat bicara soal insiden penjemputan paksa terhadap 16 pasien Covid-19 yang terjadi di Klinik Bhakti Padma Blora

Liputan6.com, Blora - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, akhirnya angkat bicara soal insiden penjemputan paksa terhadap 16 pasien positif Covid-19 yang terjadi di Klinik Bhakti Padma Blora, pada Selasa (16/6/2020).

Dirinya mengaku telah berkomunikasi dengan para pemerinta daerah setempat, terutama upati dan wakil bupati Blora, karena pulangnya para pasien yang masih dinyatakan positif Covid-19 sangat membahayakan orang lain. 

Gus Yasin meminta agar program "Jogo Tonggo" yang digagas Pemprov Jawa Tengah, dalam upaya penanganan pandemi Covid-19 agar dijalankan.

"Kita punya Jogo Tonggo yang mana apabila ada kasus seperti itu mereka harus karantina ketat secara mandiri," kata Gus Yasin saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (17/6/2020).

Berdasarkan informasi, para pasien positif Covid-19 dari klaster Pondok Pesantren Al-Fatah, Temboro, Magetan, Jawa Timur, itu mulai masuk di Klinik tersebut sejak 6 Mei 2020. Mereka dijemput paksa pihak keluarga dan ratusan tetangganya, karena dianggap tidak kunjung sembuh jika dibiarkan di Klinik Bhakti Padma Blora.

Pihak keluarga sudah membuat kesepakatan bersama, dengan tanda tangan di atas kertas bermaterai bahwa akan melakukan kesanggupan dalam menjalankan protokol kesehatan selama isolasi mandiri. 

Menurut Gus Yasin, Jogo Tonggo menjadi cara yang tepat dalam merespons segala kemungkinan yang terjadi di masyarakat, termasuk isolasi manndiri di rumah untuk pasien Covid-19. Sebab pihak tetangga dengan program tersebut nantinya ikut mengawasi.

Putra KH Maimoen Zubair ini berpesan, agar Satgas Jogo Tonggo di Blora bisa dijalankan dengan baik demi upaya menangani persoalan Covid-19 yang terjadi.

"Kepada Satgas Jogo Tonggo harus menempel keterangan keluarga dengan karantina mandiri, sehingga warga khususnya tetangganya ikut mengawasi," katanya.

Satgas Jogo Tonggo sendiri langsung dipimpin ketua RW, dibantu para ketua RT setempat, dan beranggotakan tim kesehatan, tim ekonomi, serta tim keamanan. Ketua satgas diwajibkan melaporkan kegiatan sehari-hari pada pihak desa atau kelurahan.

Adanya program Jogo Tonggo, nantinya sebanyak 7.809 desa di Jateng akan mendapatkan kucuran bantuan dana. Anggaran yang dikeluarkan nilainya sebesar Rp78.090.000.000.

Setiap desa mendapat kucuran bantuan senilai Rp10 juta berupa barang, yaitu penyemprot, thermo gun, masker, baju coverall, sepatu boot, dan cairan desinfektan. Program tersebut disalurkan ke desa-desa melalui dinas kesehatan di masing-masing kabupaten/kota mulai 10 hingga 30 Juni 2020.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.