Sukses

Gaya Anak-Anak Rimba Menghadapi Ujian Kenaikan Kelas

Keterbatasan perangkat teknologi dan jaringan, sejumlah anak-anak orang rimba Jambi melaksanakan ujian kenaikan kelas tidak di rumah.

Liputan6.com, Jambi - Enam anak-anak orang rimba itu lesehan, di depan mereka terpampang aneka buku bacaan dan pelajaran. Mereka terlihat tekun, membaca dan menulis.

Di depan mereka juga ada Yohana Marpaung, seorang pengajar khusus untuk anak-anak rimba. Mengenakan kaos biru dan bawahan kain jarik batik itu, Yohana telihat sedang memberikan bimbingan belajar.

Mereka terlihat akrab. Kekariban mereka terlihat dari cara menyapa mereka terhadap gurunya itu.

Tapi mereka lebih senang menyapa nama Yohana dengan sebutan Juana karena dalam bahasa rimba untuk melafalkan ejaan Yo itu sulit, sehingga mereka mengganti dengan ejaan Ju.

Walau belajar dengan suasana yang seadanya, mereka seksama mencerna apa yang diajarkan. Itulah aktivitas mereka dalam beberapa hari terakhir. Mereka mesti persiapan belajar untuk menghadapi ujian kenaikan kelas.

Ujian kenaikan kelas sedang diikuti oleh peserta didik di Indonesia. Di perkotaan ujian di tengah pandemi Covid-19 berlangsung dengan teknologi.

Namun karena keterbatasan perangkat teknologi dan jaringan, pola ujian seperti itu tidak bisa dilakukan anak-anak orang rimba.

Anak-anak orang rimba yang tergabung di SDN 191 Air Panas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi, melaksanakan metode ujian yang disiapkan sekolah.

Pendamping mengambil soal ke sekolah dan kemudian dikerjakan peserta didik di rumah.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ujian di Kantor Lapangan

Minggu, 14 Juni 2020, Yohana Marpaung memperoleh pesan dari kepala sekolah terkait dengan pelaksanaan ujian kenaikan kelas.

"Anak-anak kita akan melaksanakan ujian, tetapi tidak boleh tatap muka di sekolah. Jadi kami minta tolong bapak/ibu untuk mengambil soal anak-anak asuhnya di rumah," demikian bunty pesan dari Kepala Sekolah SDN 191 Air Panas.

Esoknya, Yohana langsung bergegas menuju sekolah untuk mengambil soal-soal ujian.

Ada sejumlah anak rimba yang mengikuti ujian kenaikan kelas. Mereka adalah Besimbur, Nyeser, Nukik (kelas 1), Pengarang Gading dan Bepanau (kelas 2), Bepuncak (kelas 3), Bekaran (kelas 4), Besati, dan Cariap (kelas 5).

Bagi anak-anak rimba, mereka melaksanakan ujian kenaikan kelas di kantor lapangan KKI Warsi di Desa Bukit Suban.

Soal ujian terlebih dulu didiambil oleh fasilitator pendidikan yang juga menjadi orang tua asuh untuk anak-anak sekolah formal itu.

Fasilitator pendidikan KKI Warsi, seperti yang ditekuni Yohana Marapaung itu tidak hanya membantu anak-anak mendapatkan materi ajar. Selain itu, fasilitator membimbing mereka ujian, termasuk menyiapkan keperluan harian seperti makan dan minumnya.

Sebelum ujian digelar, mereka terlebih dulu mendapatkan bimbingan belajar dari fasilitator pendidikan. Anak-anak rimba tersebut sejak pandemi Covid-19, pelajaran dilangsungkan di kantor lapangan KKI Warsi.

"Mereka belajar tidak di sekolah lagi sejak pandemi, untuk pelajarannya ada dikirimkan guru dari sekolah ke kami, dan kami membantu mereka untuk memahami materi pelajaran," ujar Yohana.

Yohana yang bertugas untuk memberikan pelajaran dasar kepada anak-anak rimba yang belum masuk sekolah formal, bersama seorang fasilitator lainnya Jauharul Maknun bergantian memberikan materi pelajaran kepada mereka.

"Karena pelajarannya ada yang tematik, sehingga kami minta pinjam buku tematik ke sekolah untuk mengajar mereka," ujar Yohana.

Mereka yang mengikuti ujian kenaikan kelas itu terdiri dari beberapa mata pelajaran. Untuk kelas 1,2, dan 3, ujian dilaksanakan berdasarkan tematik kurikulum 2013. Sedangkan untuk kelas 4 dan 5, mata pelajaran yang diujikan adalah tematik, matematika dan pendidikan jasmani.

Kini semua semua anak-anak orang rimba dari Kelompok Tumenggung Ngrip itu sudah berada dan bermalam di kantor lapangan Warsi. Mereka mulai mengerjakan soal ujian dalam minggu ini. Pesan dari sekolahnya, hasil jawaban soal dikumpulkan pada Kamis (18/6) atau paling lambat Sabtu (20/6).

"Ada satu anak, namanya Nukik, karena pandemi dan tidak sekolah, dia pulang ke rumah orang tuanya di rimba. Saat ini sedang kami upayakan agar Nukik bisa keluar rimba dan ikut ujian kenaikan kelas," ujar Yohana.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.