Sukses

414 Peserta Rekreasi Duta Covid-19 Sulsel Dinyatakan Sembuh

Sebanyak 931 peserta Rekreasi Duta Covid-19 Sulsel ini merupakan peserta program isolasi terpusat di empat hotel di Makassar.

Liputan6.com, Makassar - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengemukakan sebanyak 414 orang dari 931 peserta Program Rekreasi Duta COVID-19 di Sulawesi Selatan telah dinyatakan sembuh per 19 Mei 2020.

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Sulsel, dr Ichsan Mustari di Makassar, mengemukakan program ini merupakan bagian dari strategi utama penanganan COVID-19 oleh Gugus Tugas Sulsel.

Program ini telah berlangsung selama satu bulan, sejak 20 April 2020 di empat hotel yaitu Hotel Swiss Bell, Al-Madera, Hotel Harper, dan Hotel Remcy.

"Sebanyak 414 orang yang telah dinyatakan sembuh, telah kembali ke masyarakat dan wilayahnya masing-masing," katanya, dilansir Antara, Kamis (21/5/2020).

Gugus Tugas provinsi, kata dia, telah membuat strategi manajemen kasus dan karantina terpusat di Makassar. Pada pasien dengan kategori PDP (Pasien Dalam Pengawasan) atau pasien terkonfimasi positif COVID-19 dengan gejala berat, akan dirawat di lima rumah sakit rujukan yang berlokasi di Makassar.

Sedangkan, untuk pasien OTG (Orang Tanpa Gejala) dan ODP (Orang Dalam Pemantauan), termasuk di berbagai kabupaten/kota se-Sulsel diikutkan dalam program isolasi Rekreasi Duta COVID-19 di hotel yang berlokasi di Kota Makassar.

"Strategi ini diperuntukkan agar kabupaten lain selain Makassar dapat steril, sehingga menghindari terbentuknya episentrum baru di kabupaten selain di Makassar, Gowa, dan Maros," ujarnya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perawatan Terpusat di Makassar

Selain itu, menurutnya, dengan memusatkan perawatan dan isolasi di Makassar, juga dapat mengurangi tingkat keterpaparan terutama untuk tenaga medis yang harus dilindungi.

"Orang-orang tanpa gejala dan ODP tidak perlu diisolasi di rumah sakit, karena rumah sakit akan overload dan tenaga medis akan banyak yang terpapar. Hanya orang yang dengan gejala berat, yang akan ditempatkan di rumah sakit," urainya.

Menurut dr Ihsan, tidak perlu semua RS merawat COVID-19, karena akan berpotensi melumpuhkan pelayanan esensial lainnya. "Masyaakat akan takut dan was-was ke rumah sakit," katanya.

Rumah sakit non COVID-19 dapat fokus memberikan pelayanan lain yang tidak kalah pentingnya.

"Jangan nanti setelah pandemi ini, muncul masalah baru seperti tingginya kematian ibu akibat banyak ibu-ibu yang tidak dapat melahirkan di fasilitas kesehatan," sambungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.