Sukses

Mengintip Program 'Kebahagiaan untuk Rakyat' dalam APBD Kota Bengkulu

Bersama Dedy Wahyudi sang ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi yang juga malang melintang di dunia pers, Helmi kembali menjalankan program strategis APBD untuk Rakyat dalam periode kepemimpinan Kota Bengkulu tahun 2019-2024.

Liputan6.com, Bengkulu - Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan yang dipercaya memimpin untuk dua periode, ternyata memiliki keberpihakan kepada warga dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sarjana Ekonomi jebolan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu ini diketahui menghadirkan visi "Kebahagiaan untuk Warga" dalam menyusun struktur APBD.

Bersama Dedy Wahyudi sang ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi yang juga malang melintang di dunia pers, Helmi kembali menjalankan program strategis APBD untuk Rakyat dalam periode kepemimpinan Kota Bengkulu tahun 2019-2024.

"Menghadirkan kebahagiaan untuk warga, tentu berbeda dengan konsep pemerintahan yang orientasinya fisik saja," ujar Helmi Hasan di Bengkulu, 19 MAret 2020.

Adik kandung Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan ini memastikan bahwa seorang pemimpin yang dipercaya rakyat, harus mampu melayani rakyat. Melalui APBD, seharusnya bisa menerjemahkan apa yang menjadi keinginan seluruh masyarakat.

Seluruh masyarakat tidak pandang agama, suku, apakah dia petani apakah dia nelayan, apakah dia profesor apakah dia yang tidak SD sekalipun keinginannya sama yaitu bahagia. Bahagia inilah yang kemudian menjadi target, visi dan tujuan pemerintah dengan bekal APBD dan kewenangan yang dimiliki kepala daerah.

Dari visi tersebut, Helmi Hasan dan Dedy Wahyudi kemudian membuat program kecil sebagai turunan. Program yang dibuat pun harus bisa langsung dirasakan oleh warganya. APBD Pemkot Bengkulu harus betul-betul bisa dirasakan masyarakat.

Salah satu contohnya, ketika rakyat kesulitan mencari kerja, maka APBD menerjemahkannya dengan membuat program Satu Miliar untuk Satu Kelurahan (Samisake).

Untuk apa uang ini? Untuk modal masyarakat yang tidak punya penghasilan karena tidak punya modal kerja. Lalu bagaimana distribusinya?

"Ini jadi persoalan, maka Pemkot Bengkulu kemudian mengundang ahli-ahli pemberdayaan, dosen, LSM, tokoh media untuk mendiskusikan agar dana bergulir ini bisa berjalan dan kemudian betul-betul ditangkap oleh masyarakat yang membutuhkan," kata dia.

Menurut Helmi, banyak program bagus yang dibuat pemerintah tetapi dalam pelaksanaannya hanya menjadi boncengan tim pemenangan saja. Helmi tak ingin hal itu terjadi juga di Bengkulu. Helmi ingin dana Rp1 miliar ini benar-benar dikelola secara profesional.

"Kita ajak diskusi banyak pihak maka muncullah formulasinya," terang Helmi.

Dana ini tidak diberikan kepada kelurahan. "Kalau diberikan kepada lurah khawatir muncul persoalan karena lurah tidak didesain untuk menjadi simpan pinjam. Sebagai contoh dana desa, kan banyak kepala desa yang kemudian masuk ke proses hukum karena memang mereka tidak tidak didesain untuk itu," Helmi menjelaskan.

Pemkot Bengkulu lalu mengarahkan agar pengelolaan dana Samisake ini diserahkan kepada Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Koperasi lokal. Meski demikian, tidak semua LKM atau koperasi bisa menjadi pengelola uang satu miliar tersebut. Ada syarat sudah berdiri minimal dua tahun bagi LKM dan loperasi yang bisa mengelola dana Samisake.

"Ini agar tidak ditumpangi orang, nanti orang jadi berbondong bondong bikin koperasi hanya untuk ambil dana Samisake. Yang terjadi kan sekarang begitu, program bagus kemudian muncul organisasi-organisasi yang sudah disiapkan menyambut dananya, akhirnya rakyat hanya menjadi penonton saja, hanya menjadi alamat. Makanya di Bengkulu kita mensyaratkan koperasi yang sudah berdiri minimal 2 tahun, karena sudah teruji, sudah simpan pinjam selama dua tahun artinya masa sulit sudah dilalui," paparnya.

Menurut Helmi, program Samisake ini terbukti berhasil dalam memberdayakan masyarakat di Kota Bengkulu. Bahkan ada kisah sukses di balik program Samisake ini.

"Salah satu kisah saja, ada anak muda yang sudah melamar kerja ke sana ke sini tidak dapat kerja. Kemudian dia dengar di kelurahan tempat tinggalnya di Kelurahan Jembatan Kecil ada dana (Samisake). Yang kita kasih tahap pertama itu sekitar Rp 300 juta waktu itu. Kemudian si anak muda ini coba pinjam ke LKM tersebut dikasih lah modal Rp 5 juta. Dari Rp 5 juta ini kemudian dia buatkan usaha pisang pasir. Dan pisang pasir ini kemudian berhasil dan sukses sampai dia punya cabang di Lubuk Linggau, Sumatra Selatan," Helmi Hasan menceritakan.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.