Sukses

Usul Gaji ASN Dipotong, Ganjar: Gaji Tidak Pernah Saya Ambil Sejak 2013

Ganjar Pranowo menegaskan bukan persoalan besaran nominal atau persentase saat mengusulkan pemotongan gaji Aparatur Sipil Negara ke Pemerintah Pusat

Liputan6.com, Semarang - Usulan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo perihal pemotongan pendapatan aparatur sipil negara (ASN) sebesar 50 persen untuk pemanganan Corona Virus mendapat berbagai respon.

Bahkan, atas usulan yang disampaikan kepada Presiden Joko Widodo itu, Ganjar mendapat tantangan balik. Tidak tanggung-tanggung, kepada wartawan Ganjar mengaku ditantang gajinya dipotong sebesar 85 persen.

"Tadi ada yang nanya, gubernur berani tidak gajinya dipotong 85 persen," katanya, ditulis Rabu, 6 Mei 2020.

Atas pertanyaan itu, Ganjar mengaku tidak lantas gagap. Pasalnya tidak hanya mengusulkan, namun Ganjar mengaku telah melakukan sejak 2013.

"Maaf, untuk gaji tidak pernah saya ambil sejak 2013, saya kembalikan," kata Ganjar tanpa menguraikan pemenuhan kebutuhan hidup sebagai orang nomor satu di Jateng.

Bahkan Ganjar menegaskan jangankan sekadar gaji, seluruh pendapatnya pun siap dipotong untuk penanganan COVID-19. 

"Jika seluruh kepala daerah, bahkan sampai pusat juga punya komitmen seperti itu pasti akan memberi energi positif pada penanganan COVID-19 dan akan diikuti oleh jajarannya. Dengan langkah demikian berapa banyak kebutuhan masyarakat yang bisa tercukupi," ujarnya.

Gubernur Ganjar Pranowo menegaskan bukan persoalan besaran nominal atau persentase saat mengusulkan pemotongan gaji Aparatur Sipil Negara ke Pemerintah Pusat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, Kamis (30/4/2020).

Di masa pagebluk ini, menurut Ganjar salah satu kekuatan besar yang dimiliki negara ini mesti turun gunung, yaitu ASN. Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan merelokasi dan merealokasi anggaran untuk penanganan agar semakin banyak masyarakat diselamatkan.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemrov Jateng Anggarkan Penanganan Covid-19 Rp2,2 Triliun

Bahkan di level provinsi, anggaran sebesar Rp 2,2 triliun dialokasikan Gubernur Jawa Tengah. Apakah itu cukup? Sementara sampai saat belum satu pakar pun yang bisa memastikan berakhirnya pagebluk COVID-19 ini. 

"Saya khawatir, yang diprediksi Juni akan selesai, justru di Jateng baru sampai puncak, apalagi seperti yang disampaikan Pak Yuri dari Gugus Tugas, Semarang bisa jadi epicentrum baru. Karena transmisi lokal telah terjadi," kata Ganjar.

Ganjar mengatakan semua pihak mesti turun tangan untuk menambal kemungkinan kekurangan dalam penanganan COVID-19, dari sisi anggaran salah satunya. Karena untuk skala nasional dibutuhkan anggaran yang sangat besar. 

Sebagai gambaran, untuk sekelas Jawa Tengah saja, Ganjar harus menyisir anggaran sebesar Rp2,2 triliun. Ganjar menilai salah satu kekuatan yang bisa memberi kontribusi sangat besar pada sisi itu adalah Aparatur Sipil Negara. 

"Kemarin di Musrenbang saya usulkan agar ada pemotongan gaji atau pendapatan yang bisa kita berikan kepada rakyat. Nah bagaimana sensitivitas bisa kita berikan dalam kondisi seperti ini?" kata Ganjar. 

Sebenarnya yang Ganjar harapkan dari pemotongan gaji ASN adalah spirit berbagi saat negara dalam kondisi krisis. Makanya dalam Musrenbang tersebut, untuk pemotongan pendapatan Ganjar mengambil contoh ASN golongan tiga. 

Dengan penyebutan contoh tersebut, Ganjar berharap seluruh ASN apapun golongan dan jabatannya terketuk untuk berempati lebih. 

"Sebenarnya bukan soal golongannya, bukan persentasenya. Kalaulah soal gradual bisa dilakukan, dimulai saja dari pejabatnya dulu," kata Ganjar. 

Meski ada yang sepakat, Ganjar pun tidak memungkiri ada sebagian pihak yang menolak usulannya tersebut. Pemerintah Pusat pun juga belum memberi tanggapan untuk hal itu. Tapi karena sebagai masukan, Ganjar berharap usulan itu dipertimbangkan betul-betul agar jadi pemicu semangat untuk berempati dalam kondisi yang unpredictable.

"Empati intinya. Dan kita tunjukkan profesionalisme. Jangan lagi nanti bicara soal distribusi yang repot. Kan yang ngurus data kita, tugas dan kerjaan kita. Maka ayo tunjukkan itu. Kita tunjukkan bahwa ya kita profesional. Artinya sensitivitas ini mesti kita bangun sebagai anak-anak bangsa secara bersama-sama," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.