Sukses

Warga Desa di Garut Tetap Gelar Salat Tarawih Berjemaah dengan Aturan Ketat

Pembagian masker, hand sanitizer, serta kain sajadah secara mandiri, diharapkan mampu memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dalam salat berjemaah.

Liputan6.com, Garut - Dampak pandemi corona COVID-19 yang tengah melanda masyarakat dunia saat ini, ikut dirasakan masyarakat Kampung Ciawitali, Garut, Jawa Barat, terutama saat memasuki bulan suci Ramadan.

Dalam catatan sejarah kampung itu berdiri sejak 1960-an silam. Baru pertama kali ratusan warga di kampung pusat konveksi Garut itu, melangsungkan tarawih memakai masker.

"Kami sebenarnya tidak mau menggunakan masker, namun kami ikuti imbauan pemerintah," ujar Udung Suherman, Juru Bicara Masjid Jami Ar-Ridwan, selepas tarawih, Kamis (23/4/2020) malam.

Sejak musibah Covid-19 memasuki kota Dodol Garut awal Maret lalu, masyarakat kampung Ciawitali langsung berbenah, mereka mulai terbiasa menggunakan hand sanitizer termasuk masker.

"Awalnya terasa pengap karena belum biasa, kini sudah terbiasa," ujar dia.

Menurutnya, pelaksanaan tarawih tahun ini bukan bermaksud melawan imbauan pemerintah, tetapi berdasarkan kesepakatan warga yang tinggal jauh dari zona merah Covid-19. "Alhamdulillah warga kami sehat," kata dia.

Untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat, khusus kegiatan keagamaan seperti tarawih pada bulan Ramadan saat ini, penggunaan masker hukumnya fardu bagi seluruh warga.

"Kami lakukan penjagaan ketat sejak pintu masjid, jika tidak mau pakai, jangan ikut tarawih," pinta dia dengan tegas.

Hasilnya, seluruh jemaah peserta tarawih di Masjid Ar-Ridwan mengikuti saran tersebut, hingga mereka melaksanakan salat tarawih perdana tahun ini dengan lancar.

"Tadi ada keluhan dari warga agar bisa salat tanpa masker, namun kami mengingatkannya," ujar Udung.

Selain penggunaan masker, hal lain yang cukup mencolok pada pelaksanaan tarawih tahun ini, yakni penggunaan hand sanitizer, termasuk penggunaan kain sajadah tiap jemaah, pengganti karpet masjid untuk menghindari penyebaran virus corona.

"Kami juga periksa suhu tubuh jemaah dengan termometer elektrik," ujarnya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peringatan Keras

Ahmad Sahid, Ketua Rukun Warga 15 Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut mengakui, pelaksanaan tarawih perdana pada bulan suci Ramadan kali ini merupakan bentuk kesepakatan warga.

"Kami bukan melawan pemerintah, tapi sesuai kesepakatan seluruh warga," ujarnya.

Selama tarawih berlangsung, ia sengaja menugaskan para pemuda berdiri di barisan paling belakang untuk memberikan bantuan bagi para jemaah tarawih yang membutuhkan.

"Mereka juga menyiapkan masker dan hand sanitizer secara sukarela," kata dia.

Dengan pola seperti itu, respon masyarakat cukup tinggi mengikuti tawarih meskipun ancaman pandemi Covid-19 terbilang tinggi.

"Intinya saling memahami, bahwa kami hanya melaksanakan protokol kesehatan Covid-19," ujar dia.

Ahmad menyatakan, selain kewajiban menggunakan masker, bagi para pendatang terutama dari wilayah perkotaan serta zona merah Corona, untuk melaksanakan isolasi mandiri di rumah masing-masing. "Kami bukan menolak mereka, namun demi kebaikan bersama," ujar dia mengingatkan.

Selain itu, untuk membantu warga tidak mampu, lembaganya menginstruksikan masyarakat bersikap responsif terhadap kebutuhan pokok, terutama selama Ramadan.

"Silahkan lapor jika tidak memiliki sembako, kami bersama warga lainnya, siap bahu membahu membantu," kata dia.

Menurutnya, musibah meninggalnya warga Tangerang akibat kekurangan bahan pokok makanan, menjadi cambuk bagi dirinya termasuk warga, untuk bersama-sama menanggulangi musibah Covid-19.

"Asalkan bersatu Insya Allah kita bisa melalui rintangan musibah Covid-19 ini," dia menegaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.