Sukses

Corona, Menunda Doa Massal Untuk Roh Leluhur

Tak ada pemudik yang hadir untuk mendoakan roh leluhur.

Liputan6.com, Grobogan - Puasa Ramadan tidak saja sebatas pada rangkaian ibadah puasa selama 30 hari. Rangkaian menyambut suci juga menjadi kesempatan untuk mensucikan leluhur dan orang tua yang meninggal dunia dengan menggelar doa bersama yang dilakukan di makam desa.

Di Sugihmanik, Kecamatan Tenggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, hampir tiga ribu warga desa maupun warga perantauan tidak bisa panjatkan doa dalam Khoul Kubur.

"Karena corona. Khoul kubur tidak digelar. Harusnya menjelang puasa Ramadan. Tapi sampai sekarang belum jelas," kata Mujiyono, perantauan yang tinggal di Jawa Timur.

Di  tempat lain doa memohon mengenang sekaligus memintakan ampunan bagi orang yang telah meninggal disebut nyadran. 

"Tapi Khoul Kubur beda. Jika nyadran kan doa sendiri sendiri di makam. Jika khoul kubur doa dilanjutkan pengajian akbar. Biarpun jauh, setiap khoul ya pulang. Tapi, tahun ini tidak bisa karena corona. Jadi hanya sapa dan doakan di atas genting," tambahnya.

Khoul kubur, merupakan kegiatan turun temurun yang digelar warga di makam tepat di samping pabrik semen yang siap operasi itu terpaksa ditiadakan hingga batas waktu yang belum ditentukan.

"Acara sebelum puasa Ramadan sudah sepakat untuk ditiadakan. Jika mungkin dilaksanakan ya setelah lebaran. Itupun nunggu kepastian," kata Imam Santoso Kades Desa Sugihmanik.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

 

Simak video pilihan berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Maunya Doa Dapatnya Karantina

Pagelaran khoul merupakan tradisi turun temurun yang diikuti warga yang tinggal di desa maupun yang merantau. Biasanya yang merantau pulang. Jika digelar sekarang dilarang polisi. Dan jika ada yang pulang pun dikarantina.

Epin, kepala dusun setempat menjelaskan, Khoul merupakan bentuk kebersamaan dalam menjalankan tradisi mengingat keluarga yang meninggal. Semua warga kumpul.

"Sehari sebelumnya mereka kumpulkan sumbangan dan nama nama keluarga yang meninggal. Ada seribu yang dibacakan seribu. Ada tiga ribu yang dibacakan semua. Semua ditulis dan dibacakan nama nama almarhum yang dimakamkan," kata warga asli keturunan desa tersebut.

Sehari berikutnya digelar doa dan pengajian setengah hari. Dimana, semua warga diwajibkan membawa nasi tiga bungkus kemudian disatukan untuk makan siang.

Desa Sugihmanik merupakan satu dari 280 desa yang tersebar di 19 kecamatan di Kabupaten Grobogan. Kegiatan gotong royong dalam menggelar khoul kubur menjadi bentuk tolong menolong yang dilaksanakan dimana warga tidak membedakan yang kaya dan miskin.

"Semua bawa makanan. Ada yang bungkus telur ada yang bungkus lauknayam. Tapi saat makan belum tentu yang dimakan adalah barang yang dibawa. Ini bentuk kesetaraan," tambahnya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.