Sukses

Cerita Induk Buaya Lindungi 15 Bayinya yang Baru Menetas

Sebanyak 15 telur buaya muara menetas setelah dierami induknya sekitar 90 hari di tengah kebun kelapa sawit milik warga Ujuang Labuang Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Liputan6.com, Agam - Sebanyak 15 butir telur buaya muara menetas setelah dierami induknya sekitar 90 hari di tengah kebun kelapa sawit milik warga Ujuang Labuang Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Sebelumnya pada pertengahan Januari 2020 warga setempat digemparkan oleh buaya yang masuk ke kebun milik warga. Setelah ditelusuri Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Resor Agam, diketahui buaya itu akan bertelur.

"Iya ini buaya yang sama dengan pertengahan Januari lalu, ketika itu dia bertelur dan tidak dievakuasi karena jaraknya cukup jauh dari pemukiman," jelas Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Agam, Ade Putra kepada Liputan6.com, Selasa (14/4/2020).

Ke-15 anak satwa langka dengan nama latin Crocodylus Porosus itu saat ini dijaga oleh induknya yang tampak agresif melindungi anak-anaknya terhadap gangguan dan ancaman dari sekitar.

"Induknya cukup agresif ketika kami datang melakukan pemantauan," jelasnya.

Saat ini, lanjut Ade, induk buaya secara alamiah telah membuat jalan menyerupai lorong mengarah ke rawa yang merupakan habitatnya semula.

Untuk memastikan bayi satwa dilindungi tersebut kembali ke rawa habitatnya semula, maka BKSDA melakukan pemantauan secara ketat dan intensif untuk beberapa hari ke depan.

"Rawa tersebut berjarak sekitar 100 meter dari lokasi tempat buaya muara bertelur saat ini," ucapnya.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Alih Fungsi Lahan

Berdasarkan kebiasaan biologinya, jumlah telur buaya dapat mencapai 50 butir dengan masa eram 90 hingga 10 hari.

Kejadian bertelurnya buaya di kebun kelapa sawit ini, kata Ade, merupakan kejadian ketiga sejak 2018 dengan lokasi yang tidak berjauhan.

"Pada 2019 setelah telurnya menetas, induk buaya bersama bayi-bayinya secara alami kembali ke muara yang sebagian besar merupan hutan mangrove," sebutnya.

Bertelurnya buaya muara di lokasi yang tidak jauh dari pemukiman penduduk ini, menurut Ade, karena adanya alih fungsi lahan menjadi kebun kelapa sawit.

Ia menambahkan lahan kebun kelapa sawit tersebut sudah sangat dekat dengan muara hutan mangrove sehingga buaya mengira kebun ini masih habitatnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.