Sukses

Perkiraan Puncak Kasus Corona Covid-19 di Maluku Utara hingga Juni 2020

Perkiraan ini dihitung menggunakan model analisis Covid19 Hospital Impact Model For Epidemics (CHIME) yang dikembangkan oleh Penn Medicine University Of Pennsylvania, AS.

Liputan6.com, Maluku Utara- Pandemi virus corona masih menunjukkan penyebarannya hingga saat ini. Sejumlah langkah dan sosialisasi berupa larangan berkumpul terus didengungkan pihak pemerintah.

Bahkan, di Provinsi Maluku Utara, beberapa malam ini gelaran patroli diberlakukan untuk membubarkan warga yang berkumpul dan yang masih beraktivitas di atas jam 9 malam. Giat ini untuk mencegah sekaligus menekan jumlah penularan wabah virus Covid-19 tersebut.

Prof Ridwan Amiruddin, Guru Besar Epidemologi Universitas Hasanuddin, memprediksi puncak pandemi yang bakal muncul di Maluku Utara mencapai 574 kasus pada pertengahan Juni 2020. Perkiraan ini dihitung menggunakan model analisa Covid19 Hospital Impact Model For Epidemics (CHIME) yang dikembangkan oleh Penn Medicine University Of Pennsylvania, AS.

Ia menyatakan, indikator yang digunakan tersebut, yaitu jumlah populasi Maluku Utara 1 juta orang, hospital market share 15 persen, dan jumlah pasien positif 2 orang saat ini, dengan waktu proyeksi penyebaran empat hari.

"Artinya setiap 4 hari akan ada penambahan kasus baru dengan kelipatan dua kali. Maka puncak pandemi di Maluku Utara akan terjadi pada tanggal 16-17 Juni dengan jumlah kasus 574," sebut Ridwan, dalam zoom meeting yang diikuti kepala daerah, sekda dan gugus tugas, di Ternate, Senin (13/4/2020).

Oleh karenanya, lanjut Prof Ridwan, rumah sakit rujukan membutuhkan bed ICU sebanyak 220 unit dan ventilator sebanyak 162 unit. Selain itu, menurut dia, wajib hukumnya alat pelindung diri bagi seluruh petugas di rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat.

Selain memetakan posisi pandemi Covid di provinsi tersebut, lanjut Ridwan, memberi rekomendasi untuk kesiapan medis maupun partisipasi masyarakat. Ia menyebut, secara umum, kasus di Provinsi Maluku Utara ini baru pada tahap awal eksponensial.

"Sebagai persiapan awal menuju puncak pandemi, disarankan agar rumah sakit rujukan menyiapkan 83-100 bed, 24 ruangan ICU, dan 16 ventilator untuk kasus baru," katanya.

Menurut Ketua Umum Persakmi itu, saat ini diproyeksikan telah terjadi infeksi di masyarakat sekitar 634 kasus. Hal itu, didasarkan pada jumlah pasien yang telah positif dan dirawat sebanyak 2 orang, jumlah penggunaan RS 2 persen dengan populasi 1 juta orang, dengan waktu penggandaan kasus 4 hari, sehingga diperoleh waktu reproduksi sebesar 3,65, dan angka pertumbuhan kasus sebesar 18,92 persen.

"Masalahnya adalah jumlah kasus yang dihitung ini belum seluruhnya terdeteksi karena kita masih dalam proses menunggu laporan kasus. Bukan secara aktif dan masif melakukan tracking, rapid test ataupun polymerase chain reaction (PCR) dengan sasaran populasi rentan, jumlah terinfeksi maupun kelompok yang sembuh,” kata Prof Ridwan.

Ia menyatakan, mitigasi berupa pengetatan kontak sosial seperti menghindari kerumunan, jaga jarak dan berdiam diri di rumah, bisa didorong hingga mencapai 30 persen, maka akan memperlebar waktu kasus berlipat dari 3,65 hari menjadi 6,6 hari. 

"Dengan demikian pertumbuhan kasus menjadi 11 persen," lanjut dia.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masih Bisa Dihindari

Menurut Prof Ridwan, puncak pandemi COVID-19 di Maluku Utara ini bisa dihindari karena masih berada di fase awal. 

"Caranya adalah dengan meningkatkan cakupan mitigasi berupa social dan physical distancing, stay at home, serta cuci tangan di atas 30 persen dari populasi untuk melandaikan curva pandemi," ucap Prof Ridwan.

Selain itu, kata dia, menghentikan penularan kasus baru dengan memberi perlindungan pada kelompok rentan seperti bayi, anak-anak dan manula, mempercepat penyembuhan, melaksanakan intervensi skala menengah, karantina pulau, serta screening masif untuk memutus rantai penularan wabah virus COVID-19.

Hal terakhir yang disarankan adalah intervensi public health dengan memprioritaskan aspek promotif dan preventif dengan pendekatan komunikasi berisiko yang baik dan mencegah terjadinya konflik horizontal di masyarakat. Kasus penolakan pemakaman jenazah pasien covid adalah salah satu contoh komunikasi yang tak sampai ke masyarakat bawah

"Dalam menghadapi wabah seperti ini, ujung tombak kesehatan masyarakat ada pada aspek pencegahan. Siapa yang mencegah? Masyarakat sebagai garda terdepan,” lanjut dia.

Samsuddin Abdul Kadir, Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Utara, mengakui, persentasi model pandemi seperti yang disampaikan tersebut akan membantu pemda dalam membuat kebijakan dan langkah penanganan wabah virus tersebut.

"Pemda kini punya dasar untuk menyiapkan fasilitas RS, menghitung kebutuhan tenaga kesehatan, serta mengoptimalkan koordinasi dan pembagian tugas dengan kabupaten kota. Kami berterima kasih kepada Prof Ridwan yang membuat pemodelan seperti ini, karena selama ini kita banyak mendengar pemodelan secara nasional," tambah Samsuddin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.