Sukses

Cerita Pilu ODP Kabupaten Sikka yang Bingung Mencari Tempat untuk Isolasi Mandiri

Setelah ditolak oleh warga di kampung halamannya dan keluarganya. Ia kembali ditolak oleh warga yang berada di sekitar Rumah Singgah ODHA tempat ia dititip.

Liputan6.com, NTT - Warga di Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), beramai-ramai menolak Orang Dalam Pemantauan (ODP) Corona Covid-19 di wilayahnya pada Kamis, 2 April 2020. Mereka khawatir terpapar virus yang tengah menjadi pandemi itu.

Belakangan diketahui ODP itu adalah ZL beserta tiga orang anggota keluarganya, yakni ibu, saudari dan keponakannya. Mereka dititip di Rumah Singgah ODHA yang berada tak jauh dari pemukiman warga.

Sekitar 20 warga mendatangi Rumah Singgah ODHA tersebut. Mereka lalu berteriak meminta ODP  yang dititip untuk mengisolasi diri di sana agar segera angkat kaki dari tempat itu.

Lurah Waioti, Tim Satuan Gugus Tugas Pencegahan Covid-19, Dokter dan petugas kesehatan pun mendatangi lokasi penolakan itu. Mereka memberikan penjelasan kepada warga ODP yang ada di sana. Namun warga tidak mau menerima apapun penjelasan yang diberikan kepada mereka.

“Kami tidak mau dengar penjelasan. Kami hanya minta mereka segera angkat kaki dari sini,” ujar seorang warga yang memotong penjelasan petugas kesehatan.

Setelah berulang kali mencoba memberikan pemahaman kepada warga, mereka tetap bersikeras tak mau terima, tim Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pun meninggalkan lokasi tersebut.

Simak juga video berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Diusir dari Kampung Halaman

Penolakan terhadap ZL dan keluarganya tidak hanya terjadi kali itu saja. Sebelumnya ia juga diusir oleh warga di kampung halamannya sendiri di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, NTT. Kehadiran ZL dan keluarganya dengan status ODP itu membuat warga resah.

Oleh pemerintah setempat ZL beserta ibu, saudari dan keponakannya pun dibawa ke Maumere untuk menjalani pemeriksaan lanjutan. Usai menjalani pemeriksaan di Pelabuhan Laurens Say, ZL disarankan untuk menjalani karantina mandiri.

ZL pun sempat berencana untuk tinggal di tempat keluarganya yang berada di Maumere. Namun di sana mereka juga ditolak lantaran khawatir terpapar Virus Corona Covid-19.

Setelah melalui koordinasi dengan beberapa pihak, akhirnya ZL bersama ibu kandung, saudari kandung dan keponakannya itu dikarantinakan di Rumah Singgah ODHA yang berada di Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur.

Rumah Singgah ODHA ini adalah rumah milik warga yang dikontrak Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi NTT sejak tahun 2018. Selama ini, jika ada ODHA yang menghuni rumah singgah, warga sekitar merespons secara positif.

3 dari 3 halaman

Diselamatkan Biarawan

Seorang relawan kemanusiaan dan sekaligus biarawan bernama Pater Vande Raring pun akhirnya mendatangi Rumah Singgah ODHA tempat ZL beserta kelurganya dititipkan untuk menjalani karantina mandiri.

Pater Vande Raring lalu membawa ZL beserta keluarganya keluar dari Rumah Singgah itu. Biarawan itu membawa ZL ke rumah saudarinya sambil  mencarikan rumah lain untuknya agar bisa menjalani karantina mandiri.

"Kami datang menjemput  ZL  dan membawanya pulang. Kami bawa pulang sambil mencarikan rumah untuknya," ucapnya.

Pater mengatakan, pandemi ini memang sedang memberi rasa takut dan cemas pada warga, sehingga akhirnya semua penderita yang normatif seperti flu, batuk, pilek termasuk HIV dianggap menjadi ancaman serius bagi seluruh warga.

“Kita tahu, sakit karena ditolak atau dikucilkan itu tidak ada obatnya, jadi kita berikan dia keamanan sambil kita berikan dia kekuatan dan peneguhan sehingga dia boleh bangkit dari penderitaan dan sakit yang dia hadapi,” harapnya.

Pater berharap warga bisa lebih peka terhadap sesama, agar para penderita yang terjangkit Virus Corona Covid-19 bisa kuat dan segera sembuh. Selain itu ia juga berharap agar warga tidak menganggap virus ini sebagai aib sehingga perlu dilakukan penolakan.

"Karena kita berada dalam satu negara yang lagi mengalami wabah virus corona dan diawasi langsung oleh Presiden RI, Gubernur NTT, dan Bupati sikka. Sehingga sebagai masyarakat tidak bole mengambil sikap main hakim  sendiri terhadap warga, segala sesuatu yang terjadi ini harus sesuai dengan prosedural," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.