Sukses

Kasihan, Bayi Lahir Tanpa Anus di Mamuju Butuh Pertolongan

Nur Safitra harus mendapatkan perawatan intensif di ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Kabupaten Mamuju. Bayi mungil itu terlahir tidak sempurna, karena tidak memiliki lubang anus.

Liputan6.com, Mamuju - Nur Safitra bayi yang baru berusia empat hari, anak kelima dari pasangan Rahmadi (42) dan Bahara (40) warga Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat harus mendapatkan perawatan intensif di ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Kabupaten Mamuju. Bayi mungil itu terlahir tidak sempurna, karena tidak memiliki lubang anus.

"Kami baru menyadari kelainan anak kami setelah dua hari ia lahir. Ia tidak pernah buang air besar dan perutnya yang terus membuncit," kata Rahmadi kepada Liputan6.com, Jumat (27/03/2020).

Rahmadi dan keluarga pun kaget atas kalainan yang diderita Safitra, bayinya yang terlahir tanpa anus. Karena saat kehamilan istrinya, ia sempat beberapa kali melakukan pemerikasaan di puskesmas setempat, anak yang berada dalam kandungan istrinya itu dinyatakan normal.

"Kami langsung bawa Safitra ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, sehingga bisa mendapatkan pertolongan dari dokter," ujar Rahmadi.

Namun, pihak RSUD Mamuju menyarankan agar bayi mungil itu dirujuk rumah sakit yang memiliki alat lebih lengkap di Kota Makassar. Karena mereka tidak memiliki alat yang bisa digunakan untuk melakukan operasi pembentukan lubang anus.

"Kami sangat ingin membawa anak kami ke Makassar. Namun, kami tidak memiliki biaya, apa lagi harus melakukan operasi yang biayanya sangat besar bagi kami," ucap Rahmadi, sang ayah bayi tanpa anus ini.

Saksikan juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bayi Tanpa Anus Terlahir dari Keluarga Miskin

"Kami sangat ingin membawa anak kami ke Makassar. Namun, kami tidak memiliki biaya, apa lagi harus melakukan operasi yang biayanya sangat besar bagi kami," tutur Rahmadi.

Rahmadi yang sehari-hari bekerja sebagai buruh lepas itu hanya bisa pasrah melihat kondisi anaknya. Apa lagi ia tidak terdaftar dalam program BPJS Kesehatan milik pemerintah. Yang artinya, ia harus melalui jalur umum jika ingin memberikan kesembuhan bagi anaknya.

"Sudah beberapa kali saya didata oleh petugas, tapi ketika bingung saat ingin menggunakan BPJS untuk sata, ternyata saya tidak terdaftar," jelas Rahmadi.

Rahmadi pun sudah pernah menghadap ke Bupati Mamuju, namun belum ada solusi yang ia dapatkan. Saat ini ia hanya berharap ada bantuan dari pemerintah setempat atau ada dermawan yang bisa menolong anaknya.

"Saya berharap pemerintah daerah dapat membantu anaknya saya, sehingga anak saya bisa seperti anak lainnya, yang tidak memiliki kelainan," Rahmadi berharap.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.