Sukses

10 Pertanyaan Pekerja Kreatif untuk Jurnalis

Apa yang ada di benak para pekerja kreatif tentang profesi jurnalis?

Liputan6.com, Yogyakarta Apa yang ada di benak para pekerja kreatif tentang profesi jurnalis?  Tiga jurnalis datang sebagai tamu saat pekerja kreatif Liberates Creative Colony (LCC) Yogyakarta mengadakan pertemuan rutin pada Jumat petang.

Pertemuan rutin yang diberi nama Brownbag itu semacam rapat dengan topik yang tidak berat. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas staf atau pekerja kreatif.

Diskusi dimulai dengan setiap pekerja kreatif yang berada di dalamnya bebas mengajukan pertanyaan kepada para jurnalis. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan beragam. Berikut adalah 10 di antara sederet pertanyaan yang digelontorkan.

1. Hal apa yang paling menyenangkan menjadi jurnalis?

2. Kalau membuat obituarium untuk diri sendiri, judul apakah yang akan dipilih?

3. Pernahkah merasa takut ketika menjadi jurnalis?

4. Apakah peran pers sebagai pilar keempat di negeri ini masih relevan?

5. Di era semua orang bisa menjadi jurnalis warga, lantas di mana peran jurnalis masa kini?

6. Apakah pengalaman yang mengubah hidup selama menjadi jurnalis?

7. Berapa sogokan atau suap yang pernah ditawarkan oleh narasumber selama menjadi jurnalis?

8. Apakah memiliki keinginan untuk membuat media sendiri dan seperti apakah bentuknya?

9. Bagaimana tanggapan jurnalis tentang kantor media masing-masing?

10. Adakah tulisan atau liputan yang pernah menjadi masterpiece?

“Siapa pun tamu yang datang ketika kami mengadakan brownbag, pasti diajak bergabung untuk berdikusi atau sharing pengalaman,” ujar Albert Deby, Chief Operational Officer (COO) LCC, Jumat (21/2/2020).

Ia menyebutkan kebiasaan brownbag sudah dilakukan sejak 2017. Kebiasaan ini menekankan pada penambahan informasi tentang hal-hal yang berbau nice to know dan bukan have to know.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tradisi Brownbag

Deby bercerita tradisi brownbag bermula dari peradaban barat modern. Istilah brownbag muncul karena pertemuan itu bersifat informal di tengah makan siang.

“Peserta rapat biasanya membawa makan siang mereka sendiri yang dibungkus dengan kantong kertas berwarna cokelat,” ucapnya.

LCC mengadopsi semangat pertemuan ini yakni menghadirkan semangat berbagi pengetahuan, sekalipun penyelenggaraannya tidak pada saat jam makan siang.

Pertemuan yang diadakan seminggu sekali dalam kurun waktu sekitar dua jam ini mengalami perkembangan. Tidak melulu tantangan atau keterampilan dalam bekerja, melainkan juga pengalaman pribadi berhadapan dengan tantangan hidup, baik secara praktis maupun ideologis.

Sesi brownbag di LCC adalah ruang untuk berbagi pengalaman dan cita-cita. Topiknya sangat cair, mulai dari berbicara soal berapa kali diputus cinta hingga obituari pribadi.

“Di akhir brownbag, biasanya ada kesimpulan dari diskusi pada hari itu,” tuturnya.

Menurut Deby, brownbag menjadi pengingat bahwa hidup tak selalu soal kerja. Terlebih, rapat koordinasi yang tegang dan sudah dilakukab setiap Senin. Brownbag menjadi oasis yang bisa membuat pekerja kreatif di LCC melepaskan senjata perang dan menjadi manusia lewat berbagi cerita dengan teman-teman seperjalanan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.