Sukses

Uji Nyali Pagi Bersama Pemanjat Ulung Pohon Duku Muaro Jambi

Panen buah duku di kompleks Percandian Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, menjadi wisata atraktif musiman

Liputan6.com, Jambi - Hanya selemparan batu dari Candi Kedaton di kompleks percandian Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (22/2/2020), Hermansyah berjalan membawa seutas tali tambang dan karung. Setibanya di bawah batang duku, ia mendongakkan kepalanya.

Di atas pohon duku setinggi lima meter itu sudah menunggu buah duku ranum yang menggantung di batang dan ranting-ranting. Tanpa berpikir panjang, hanya sekejap, Hermansyah sudah memanjat dan sampai di atas. Ia langsung memetik buah berbutir kuning langsat itu.

Dari atas pohon, buah duku yang ia petik itu dimasukan ke karung kecil. Setelah karung penuh, kemudian buah duku diturunkan menggunakan seutas tali. Dibawahnya sudah disambut oleh Taufik, yang bertugas menjadi tukang sortir.

Menjadi juru panjat pohon duku yang kini sedang musim berbuah, Hermansyah tidak sendiri. Ia bersama tandemnya. Ada dua orang pemanjat dan satu orang yang bertugas menjadi penyortir duku di bawah pohon.

Saat musim duku seperti pada bulan sekarang ini sudah menjadi rutinitas warga di Desa Muarajambi, untuk memanen buah duku. Biasanya mereka mulai aktivitas pada pagi hari.

"Kalau pagi itu masih semangat, manjat dari pagi sampai istirahat makan siang, kemudian lanjut lagi sampai sore," kata Hermansyah kepada Liputan6.com.

Menjadi juru panjat pohon duku kata dia, perlu trik atau keahlian khusus dan harus menghapal kondisi ranting yang rapuh atau pun tua. Jika tidak, maka bisa berbahaya, ranting yang rapuh bisa membuat pemanjat terporosok ke bawah.

Saat sudah memetik duku di atas pohon, pantang bagi mereka untuk turun. Bahkan saat berpindah ke pohon duku lainnya, tak jarang Hermansyah melompat dari batang ke batang lainnya yang berdekatan.

"Makan siang pun kadang dilakukan di atas pohon, nasi bungkus di bawa ke atas pakai tali. Kalau sudah di atas pohon semangatnya tidak berhenti, pantang turun," katanya.

Menjadi juru panjat pohon duku di Desa Muarajambi, Hermansyah mendapat upah Rp1.000 per kilogram dan makan ditanggung oleh pemilik pohon. Dalam sehari, ia bisa memanen lima hingga delapan batang duku.

"Pernah satu hari bisa panen sampai satu ton, manjat berdua," katanya.

Duku dari Muarajambi, sebagian besar dibeli oleh tauke yang langsung datang pemiliki pohon. Duku dari desa ini biasanya juga di bawa ke Palembang dan Padang.

"Harganya kalau langsung dari pohon Rp6.500 per kilogram, ada tauke yang jemput langsung ke kebun," kata Abdul Haviz, pemilik pohon duku di Muarajambi.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wisata Duku di Antara Percandian Muarajambi, Bisa Makan Sepuasnya

Musim buah duku di kawasan percandian Muarajambi, terjadi setiap bulan Februari tiap tahun. Siklus ini akan terjadi hingga sebulan kedepan.

Di kawasan situs percandian Muarajambi seluas 3.000 hektare itu hampir merata ditumbuhi pohon duku. Kini di sana, pohon duku di kawasan tersebut sedang berbuah, termasuk juga pohon duku yang berdekatan dengan bangunan candi.

Sambil berwisata sejarah, pengunjung bisa mengikuti proses panen buah di duku. Tak hanya itu, di sana pengunjung juga bisa menikmati buah duku langsung dari pohonnya yang baru saja dipetik.

"Pengunjung kalau makan duku di bawah pohon bisa sepuasnya, tapi kalau mau bawa pulang baru bayar. Harganya murah, kalau langsung dari pohon sekarang ini Rp6.500 per kilogram," kata Hermansyah.

Tak hanya menyantap buah duku sepuasnya, pengunjung di sana juga bisa melihat para pemanjat ulung pohon duku yang beraksi. Aktivitas panen duku yang terjadi hanya setahun sekali itu bisa menjadi objek foto yang menarik.

Di kebun duku itu, kita juga akan mendengar suara serangga Tonggeret (Cicadidae) terus bersahutan menemani aktivitas panen duku. Suara ini menjadikan suasana di kebun semakin terasa.

"Ada sensasi baru sekarang ke candi bisa wisata panen duku dan bisa makan duku yang dipetik langsung dari pohonnya, rasanya manis ada asam-asamnya" kata Novi, salah seorang pengunjung Candi Muarajambi dari Kota Jambi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.