Sukses

Tinggal di Rumah Warga, 'Kemasan' Baru Wisata Edukasi Bagi SMPIT Sidoarjo

Para siswa akan melihat aktivitas tuan rumah serta merasakan langsung tinggal di desa.

Liputan6.com, Jakarta Sekitar 138 siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Kamil Kabupaten Sidoarjo melakukan wisata edukasi ke Kabupaten Banyuwangi. Wisata sambil belajar yang dilakukan ratusan murid sekolah itu dilakukan pada 16-20 Februari 2020.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno mengatakan, para siswa bakal mengunjungi beberapa tempat seperti Pelabuhan Muncar, Bangsring Underwater, Desa Adat Kemiren, pendopo kabupaten, dan Taman Nasional Baluran yang berada di perbatasan Banyuwangi-Situbondo.

Kegiatan yang diperuntukkan bagi siswa kelas 7 ini merupakan program puncak tema yang dikemas dalam bentuk kegiatan eksplorasi terintegrasi. Dengan kata lain, para siswa nantinya akan merasakan pengalaman menginap di rumah warga di Desa Kemantren, Kecamatan Kabat.

"Kunjungan semacam ini memang sangat bermanfaat sekali untuk menambah wawasan dan membentuk kemandirian bagi anak-anak. Apalagi saya dengar anak-anak juga menginap di rumah warga dan melihat aktivitas tuan rumah serta merasakan langsung tinggal di desa. Tentu ini menjadi pengalaman tak terlupakan," kata Suratno saat menemui para siswa di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Rabu (19/2).

Sesampai di Pendopo, para siswa juga bertemu dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Dalam kesempatan tersebut, Anas memberikan sejumlah motivasi dan tips sukses selama masa belajar.

"Mudah-mudahan kalian menjadi Anak yang sukses semua. Saya teringat pesan almarhum ayah saya yang selalu mengingatkan. Kalau ingin sukses, selain ikhtiar dan belajar jangan lupa solat berjemaah, jangan lupa bersedekah dan berbaktilah kepada orang tua dan guru," kata Anas.

Salah satu siswi SMPIT yang ikut serta, Aisyah Putri penasaran ingin segera mengenal sejumlah wisata edukasi. Seperti Pelabuhan Perikanan tua di Muncar, terbentuknya wisata Bangsring Underwater yang dimulai dari perjuangan nelayan menolak pengeboman terumbu karang, serta kawasan Desa Adat Using di Kemiren yang masih kental dengan kearifan lokal budaya.

"Jadi kami bisa melihat langsung, tidak hanya di dalam kelas. Kami mencari biota laut untuk dipelajari, mengenal budaya Banyuwangi lebih dekat. Dan yang asyik, ramai-ramai tinggal di rumah warga. Kami tidur dan makan bareng-bareng seperti sebuah keluarga besar, soalnya satu rumah diisi 16-25 orang. Pokoknya pengen bisa kembali ke sini lain waktu," ujar Aisyah.

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini