Sukses

Situs Keramat Sultan Matangaji Hancur, Keraton Kasepuhan Cirebon Meradang

Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat mengatakan, pengembang harus berhati-hati jika mau membangun di tanah Cirebon.

Liputan6.com, Cirebon -- Rusaknya situs keramat Sultan Matangaji di Kampung Melangse Kelurahan Karyamulya Kecamatan Kesambi Kota Cirebon mendapat berbagai reaksi terutama di kalangan Keraton Kasepuhan Cirebon.

Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat mengaku, sudah mendapat laporan dan akan segera ditindaklanjuti hasilnya. Menurut dia, siapa pun yang membangun atau beraktivitas di Cirebon harus menghargai situs purbakala yang masih ada.

"Saya masih menunggu laporan resmi dari penganggeng keraton untuk ditindaklanjuti. Intinya di Cirebon banyak situs yang harus dijaga jadi kepada pengembang atau siapa pun untuk berhati-hati jika mau membangun dilihat dulu kondisi lahannya," kata Arief, Senin (17/2/2020).

Dia mengakui, situs yang hancur tersebut merupakan salah satu petilasan Matangaji yang merupakan Sultan ke V Keraton Kasepuhan Cirebon. Situs tersebut merupakan bagian dari sejarah peradaban perkembangan Cirebon.

Dia mengimbau agar perusahaan maupun instansi lain tidak asal membangun bangunan di tanah Cirebon. Jika di lokasi pembangunan terdapat situs, lebih baik dihindari untuk dibangun.

"Saya juga akan tanya langsung ke juru kuncinya situs itu bagian dari sejarah nenek moyang kami," ujar Sultan Arief.

Arief menyesalkan jika ada oknum masyarakat atau lembaga yang merusak situs untuk kepentingan tertentu. Tidak menutup kemungkinan, kata Arief, kasus perusakan situs tersebut akan dilaporkan kepada pihak yang berwajib.

Situs tersebut berada pada wilayah hutan larangan yang muaranya ke Gua Sunyaragi. Dahulu, Gua Sunyaragi menjadi salah satu tempat persembunyian pejuang Cirebon termasuk Sultan Matangaji.

"Sultan Matangaji kalau bersembungi dari kejaran Belanda di Gua Sunyaragi dan satunya di perkampungan daerah Sumber namanya Desa Matangaji bahkan di desa itu ada pandainya atau yang ahli membuat senjata," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lakukan Koordinasi

Sultan Arief mengaku akan melakukan koordinasi dengan instansi setempat terkait adanya perusakan situs keramat Sultan Matangaji itu sendiri.

"Sebenarnya bisa sekali pembangunan berjalan tanpa merusak situs karena yang berperan membangun situs dan peninggalan sejarah ya pemerintah juga. Bahkan dalam Undang-undang Cagar Budaya sendiri ada poin tentang pelestarian dan pengembangan situs jadi kalau dirusak ya tahu sendiri bagaimana," ujar dia.

Seperti diketahui, Juru Kunci Situs Keramat Sultan Matangaji Kurdi mengaku kaget saat pertama kali melihat situs tersebut rusak. hanya bisa diam menatap puing bekas bangunan situs keramat yang ada di wilayah pemukimannya.

Situs tersebut merupakan salah satu petilasan Sultan ke V Keraton Kasepuhan Cirebon Matangaji. Bentuknya seperti pertapaan lengkap dengan sumur keramat yang tak jauh dari lokasi.

Tidak hanya situs, di kawasan tersebut terdapat satu pohon menua yang usianya sudah ratusan tahun. Pohon tersebut, kata Kurdi, turut menjadi korban aktivitas alat berat.

Akses jalan menuju situs yang sebelumnya melewati Gang Situganggga kini ditutup. Kurdi harus mengarungi sungai Melangse untuk menuju situs tersebut.

"Tidak ada obrolah izin RT atau Rw setempat saja tidak saya juga sebagai pengurus dikampung ini tidak pernah kedatangan orang yang minta izin mau bangun bangunan," kata Kurdi, Jumat (14/2/2020).

Kurdi berupaya menyelamatkan sisa bata merah berukuran besar yang tidak tertimbun tanah. Seketika itu Kurdi mengaku sempat ditemui sosok gaib dan memerintahkannya untuk kembali.

"Saya lihat sendiri situs itu hancur karena alat berat tidak tahu mau bangun apa. Sebagai juru kunci ketika mau ke lokasi tiba-tiba datang amanat dari Sultan Matangaji 'Cung jangan ikut campur, ini urusan orangtua' kemudian saya pulang tapi ponakan marah tidak terima," kata dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.