Sukses

Wabah Virus Corona Bikin Panik hingga Pelosok Desa di Konawe

Wabah virus corona yang berawal di Wuhan, China, menyebabkan kepanikan hingga ke pelosok Desa Morosi, Kabupaten Konawe.

Liputan6.com, Kendari - Wabah virus Corona di Kota Wuhan China, dampaknya terasa hingga ke pelosok Desa Morosi Kabupaten Konawe. Hanya karena mengeluhkan sakit flu karena kelelahan bekerja, 4 orang pekerja asal China langsung melepas pekerjaannya, Senin (27/1/2020).

Awalnya, keempatnya tak terlalu hirau saat flu menyerang. Namun, ketika suhu tubuh naik dan sedikit demam, keempatnya langsung mengeluh dan didengar oleh tim Dinas Kesehatan Provinsi Sultra yang sudah bersiaga di wilayah itu.

Keempatnya langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, sekitar pukul 13.30 Wita. Sekitar setengah jam perjalanan, keempat pasien ini tiba langsung diperiksa saat itu juga oleh tim dokter yang berjaga.

Pada saat diperiksa, tim dokter sudah memakai peralatan lengkap, sesuai standar penanganan pasien dengan suspect virus mematikan itu. Setelah dilakukan pemeriksaan, keempatnya ternyata terkena virus influenza biasa.

Keempat pasien yang awalnya diduga mengidap virus Corona kemudian diperiksa di ruangan khusus. Setelah beberapa jam di rumah sakit, tim dokter memutuskan memulangkan kembali 4 orang pekerja asal China ke perusahaan untuk bekerja seperti biasa.

Sebelum pulang, dokter yang merawat memberikan resep obat. Kemudian keempatnya dipulangkan menggunakan kendaraan ambulans milik salah satu perusahaan di wilayah Desa Morosi, Kabupaten Konawe.

Kata Direktur RSUD Bahteramas Sulawesi Tenggara, dr Sjarif Subijakto, hingga saat ini pihaknya memastikan tidak ada pasien yang terjangkit virus Corona yang masuk di Rumah Sakit. Jika ada, rumah sakit sudah menyiapkan langkah antisipasi.

"Kami punya ruang isolasi, 8 orang dokter ahli dan tim, serta perangkat transportasi dan lainnya," ujar Sjarif Subijakto, Rabu (29/1/2020).

Plt Kadis Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dr Andi Hasnah menyatakan, saat ini masyarakat cepat menyebar kabar yang belum diketahui kebenarannya. Sehingga kadang, informasi yang membingungkan langsung menyebar cepat.

"Intinya, Sultra masih aman. Sejauh ini, kami sudah siaga di sejumlah pintu masuk pelabuhan," katanya.

Di sudut Desa Morosi, Kabupaten Konawe, ada warung yang setiap harinya didatangi puluhan bahkan ratusan pekerja asal China setiap hari. Setelah adanya kabar pekerja asal China yang membawa wabah virus ini di Indonesia menyebar cepat, sejumlah pedagang malah tak mau melayani pembeli asal China.

"Saya lihat-lihat dulu, semua pedagang juga waspada, bukan saya saja. Kalau mereka bersin atau aneh-aneh, pasti saya langsung lari," ujar Warsiah, pedagang makanan di Desa Morosi Kabupaten Konawe, Rabu (29/1/2020).

Warsiah menjelaskan, kadang ada pekerja asal China yang berbelanja masih dengan baju kotor dan berlumpur. Banyak juga yang datang dengan pakaian rapi dan langsung memesan makanan.

Hingga saat ini, warga Desa Morosi tetap menerima kehadiran pekerja asal China saat membeli dagangan di warung. Meskipun demikian, kabar wabah virus Corona sedikit membuat mereka lebih waspada saat menerima pelanggan asal China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Imigrasi Stop Kedatangan TKA

Pihak Imigrasi Kelas IIA Kendari, menyatakan menghentikan sementara kedatangan TKA asal China di wilayah Sultra. Sejauh ini, Kantor Imigrasi Kendari sudah berkoordinasi dengan Imigrasi pusat terkait penghentian ini.

"Untuk sementara, kedatangan TKA dihentikan sementara," ujar Kasi Penindakan Kantor Imigrasi Kelas IIA Kendari, Purnomo, Rabu (29/1/2020).

Meskipun demikian, pihak imigrasi tidak menentukan kapan batas penghentian kedatangan TKA asal China. Menurutnya, pihaknya hanya mengikuti instruksi pusat.

"Jumlah mereka mencapai ratusan setiap bulannya yang datang di wilayah Sulawesi Tenggara," ujar Purnomo.

Data Desember 2019, ada sebanyak 640 orang pekerja asal China yang masuk di wilayah Sultra. Jumlah bulan lainnya, meskipun belum diungkapkan pihak Imigrasi Kendari, namun tidak jauh berbeda.

Tujuan mereka, sebagian besar untuk bekerja. Soal visa yang digunakan, belum ada penjelasan resmi dari imigrasi.

Kepala Seksi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kendari, Wahyuni Hasni Tamrin menyatakan, KKP sudah membangun komunikasi dengan pihak Bea Cukai Kendari untuk melarang pekerja asal China asal masuk di wilayah Sulawesi Tenggara. KKP Kendari juga sudah memantau jalur keluar masuk pekerja asal China di Kendari.

"Begitu pekerja tiba, pihak kami sudah melakukan pengecekan kesehatan langsung terhadap pekerja China. Mulai dari kondisi suhu tubuh hingga karantina selama 1x24 jam" ujarnya.

Data dari KKP, sejak 1 Januari 2020 hingga hingga 27 Januari 2020, sudah ada18 kapal asing di wilayah Sultra. Dengan keperluan berbeda-beda, sebagian besar untuk keperluan pertambangan.

3 dari 3 halaman

DPRD Minta TKA Jangan Datang

Anggota DPRD Komisi III Provinsi Sulawesi Tenggara, Sudirman membuat pernyataan kontroversi soal wabah virus corona. Dia menegaskan, pemerintah jangan kebobolan kebobolan dengan kehadiran pekerja asal China yang membawa wabah virus Corona.

Menurutnya, harus ada langkah serius yang tidak main-main dalam kasus ini. Tidak sampai di situ, dia menegaskan, cukup TKA saja yang datang mengerjakan tambang, jangan lagi mereka membawa virus berbahaya.

"Pemerintah harus menyetop masuknya pekerja asing asa Tiongkok ke wilayah Sulawesi Tenggara. Bukan tidak mungkin, virus ini akan mewabah dan membawa petaka di Sultra," ujarnya.

Dia menyatakan, jangan lagi ada pembiaran kepada pekerja asal China di wilayah Sultra. Dia sepakat, mereka dihentikan masuk di wilayah Sultra.

Pemerintah Provinsi Sultra melalui asisten III Sekda Sultra, Zunuriah membenarkan, adanya menghentikan masuknya tenaga kerja asing (TKA) asal Cina. Pernyataannya, menyambung instruksi gubernur saat rakor pencegahan virus corona di kantor DPRD Sultra, Selasa, (28/1/2020).

"Gubernur bilang, untuk sementara menutup masuknya TKA asal Cina dihentikan," ujarnya.

Namun, soal keputusan ini, belum ada langkah tepat dari Pemprov Sultra. Apakah ada SK gubernur atau hanya perintah lisan.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.