Sukses

Trik Jitu Mengatasi Limbah Batu Alam ala Pegiat Lingkungan Cirebon

Industri batu alam di Cirebon sudah beroperasi sejak lama bahkan menjadi bagian dari mata pencaharian warga. Meski demikian persoalan limbah belum mendapat solusi konkret

Liputan6.com, Cirebon - Keberadaan limbah batu alam di Cirebon membuat masyarakat resah terhadap dampak ke lingkungan sekitar.

Berbagai upaya terus dilakukan baik di tingkat pemerintah desa maupun pemda setempat untuk mengatasi pencemaran limbah batu alam itu. Sungai yang tercemar hingga lahan pertanian mengalami sedimentasi.

Salah seorang pegiat lingkungan dari E-Team Cirebon Suudul Falah berhasil menemukan solusi cepat mengatasi pencemaran limbah batu alam. Dia membuat membuat terobosan baru dalam pengolahan air limbah hasil dari produksi batu alam menjadi jernih kembali.

"Cara pengolahan yang kami temukan ini secara otomatis partikel kecil dari debu hasil produksi batu alam akan menggumpal dan mengendap dan proses itu membutuhkan waktu kurang dari lima menit saja," kata Falah saat sosialisasi penanganan limbah batu alam Cirebon di Ma'had Daruttaudih Al-Islah di Desa Bobos, Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, Minggu (12/1/2020).

Dia mencontohkan cara pengolahan air limbah batu alam agar kembali jernih. Air limbah yang ditampung di gelas takar kemudian diteteskan cairan kimia Koagulan dan Flokulan.

Cairan kimia pengendap limbah batu alam tersebut diteteskan secara bergantian. Dalam waktu kurang dari lima menit, limbah batu alam yang mengandung debu halus ikut mengendap kebawah.

"Otomatis mengendap kemudian air jernihnya bisa dialirkan ke sungai," sebut Falah.

Dia mengatakan, untuk menerapkan pengolahan limbah batu alam, industri pengolahan harus membangun minimal dua bak penampungan. Bak penampungan tersebut untuk instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Bak penampungan pertama untuk proses pengendapan. Kemudian bak kedua untuk proses akhir sebelum air jernihnya dialirkan kembali ke sungai.

"Nah saat air limbah itu akan dialirkan ke bak pertama baru dua cairan tersebut diteteskan melalui pipa saluran. Nanti ketika air limbah tertampung di bak pertama langsung otomatis jernih," kata dia.

Falah mengaku, sebelumnya program penanganan limbah batu alam tersebut sudah pernah dilakukan Pemkab Cirebon pada tahun 2014 lalu. Namun, seiring berjalannya waktu program tersebut terhenti lantaran proses politik.

"Ada pergantian Bupati Cirebon dan pejabatnya baru jadi program lama sepertinya tidak jalan lagi," kata dia.

Seiring berjalannya waktu, Falah mengaku miris melihat kondisi air sungai kawasan industri pengolahan batu alam semakin keruh. Dari situ, Falah mengaku mendapat formula baru dalam menanggulangi limbah batu alam di Cirebon.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kendala

Dia berharap, terobosan baru penanggulangan limbah batu alam di Cirebon tersebut membangkitan kembali semangat Pemkab Cirebon.

"Semoga ada kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan pemilik pabrik untuk berkoordinasi dalam menyelesaikan permasalahan limbah batu alam," Falah berharap.

Sekretaris Desa Bobos, Kecamatan Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon Abdullah mengatakan kehadiran industri rumahan batu alam sudah ada sejak tahun 80-an. Dari hasil pencatatan yang dilakukan pemerintah desa, sampai saat ini terdapat 90 perajin batu alam di desanya.

"Kami pastikan jumlah tersebut tidak bertambah," ujar dia.

Namun seiring perkembangan dan modernisasi pengolahan batu alam yang menggunakan mesin, limbah pun semakin terlihat mencemari lingkungan. Salah satunya produksi pertanian yang semakin menurun bahkan cenderung stagnan karena kondisi lahannya tercemar limbah batu alam. Sungai Cimanggu yang melintasi Desa Bobos pun berubah warna menjadi keruh.

Dia mengaku sudah melakukan berbagai upaya dengan mencoba mengikuti program Pemkab Cirebon dengan merelokasi pabrik Desa Cipanas namun belum terealisasi.

"Kalo diliat dari hasil limbah, produsen batu alam langsung membuang limbah ke Sungai Cimanggu, dan dari keseluruhan pengrajin batu alam tidak seluruhnya memiliki IPAL karena terkendala dengan lahan," kata Abdullah.

Dia berharap terobosan yang dilakukan pegiat lingkungan tersebut dapat meningkatkan kepedulian dan sinergitas program.

"Sebenarnya kondisi ini menjadi dilematis karena masyarakat Desa Bobos ada yang bertani dan ada yang hidup dari batu alam, jadi kami menyambut baik dengan adanya temuan ini dan semoga bisa menjadi jalan keluar yang win-win solution," sebut Abdullah.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.