Sukses

Mengais Rezeki Memburu Besi di Bekas Lokasi Likuefaksi Palu

Kehilangan tempat tinggal, lapangan pekerjaan dan tingginya kebutuhan pascabencana gempa dan likuefaksi membuat sebagian warga rela menghabiskan waktu di lokasi likuefaksi.

Liputan6.com, Palu - Bekas lokasi likuefaksi di kelurahan Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah pascasetahun lebih bencana itu, kondisinya menjadi hutan dan tempat cari besi oleh warga.

Pantauan di lapangan bekas-bekas likuefaksi masih terlihat, namun sebagian besar telah tertutup oleh rumput dan pohon-pohon yang tumbuh di lokasi tersebut. Di dalam lokasi juga terdapat banyak lubang, bekas galian para pencari besi.

"Mencari besi di lokasi likuefaksi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ucap salah satu korban likuefaksi Petobo, Uno di Palu, Sabtu (11/1/2020).

Kondisi ini dibenarkan Ketua RT 01/RW 05 Kelurahan Petobo, Abdul Naim. Ia menyebut bahwa bekas lokasi likuefaksi jadi tempat warga mencari besi.

Kehilangan tempat tinggal, lapangan pekerjaan dan tingginya kebutuhan pascabencana gempa dan likuefaksi membuat sebagian warga rela menghabiskan waktu di lokasi likuefaksi untuk mencari besi.

"Ini karena kebutuhan hidup, makan sehari-hari. Mencari besi tua kalau dapat jual, lalu uangnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga," ujarnya dilansir Antara.

Dia mengemukakan hingga saat ini warga korban likuefaksi Petobo masih menanti kebijakan pemerintah untuk menetapkan Petobo bagian Timur sebagai lokasi relokasi.

Berkaitan dengan itu Lurah Kelurahan Petobo, Alfin H Ladjuni menyebut warga Petobo menolak direlokasi ke kelurahan lain. "Keinginan masyarakat, mereka tetap tinggal di Petobo," katanya.

Sekitar 1.642 kepala keluarga atau 3.800 jiwa korban terdampak gempa dan likuefaksi Kelurahan Petobo saat ini berada di lokasi pengungsian di Jalan Kebun Sari atau sebelah Timur dari area likuefaksi.

Lurah membenarkan bahwa kondisi masyarakatnya pascabencana gempa dan likuefaksi, banyak yang kehilangan pekerjaan utamanya di sektor pertanian.

"Banyak lahan pertanian yang rusak, tidak bisa diolah kembali oleh petani. Ini juga menjadi masalah pascabencana yang harus diselesaikan," ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.