Sukses

Menanti Kebangkitan Kembali Sinar Batu Akik Garut

Pada masa kejayaannya, batu akik Garut pernah dijadikan souvenir untuk pemimpin Asia Afrika yang berkunjung ke Indonesia.

Liputan6.com, Garut - Sempat menguasai pangsa pasar batu akik tanah air pada medio 2014-2015, sinar batu akik Garut, Jawa Barat, perlahan meredup.

Harga batu akik Garut yang sempat menyentuh harga ratusan juta berangsur-angsur menurun, bahkan kembali di harga asal, di kisaran ratusan ribu saja.

Sebut saja batu akik Pancawarna Edong, Ohen, dan lainnya, selalu menjadi primadona. Bahkan pada masa jayanya, batu akik Garut pernah menjadi cenderamata bergengsi, saat perhelatan akbar konferensi tingkat tinggi Asia-Afrika, hingga gelaran Asian Games 2018 lalu.

Namun itu dulu, kini nasibnya berubah 180 derajat. Harga batu akik asal Garut kembali normal. Ketiadaan patokan harga, dibanding logam mulia seperti emas dan lainnya, menjadikan kilau batu akik Garut meredup.

Nanang Hamzah, pemilik sekaligus penggila batu akik asal Garut mengatakan, salah satu faktor meredupnya pamor batu akik Garut adalah minimnya promosi.

"Asal ada ajang kejuaraan, pamor batu bakal kembali naik," ujarnya saat ditemui di bengkel Zabbark Game Stone miliknya, Minggu (29/12/2019).

Menurutnya, pencinta batu akik tidak lekas kehilangan taji dan gengsi. Saat ini pencinta batu alam khas asal kota Intan itu, masih terjaga dengan baik.

"Kalau sampai hilang (musnah) tidak akan, sebab sudah budaya masyarakat" ujarnya.

Mengenakan satu buah liontin besar batu akik pancawarna edong yang terikat kuat di lehernya, ia nampak semakin gagah dengan tentengan beberapa batu akik, yang melilit di kedua jari manis kedua tangannya.

"Ini harganya masih di angka dua ribu (Rp 2 juta)," ujar dia sambil menunjukan beberapa batu akik jenis edong Bungbulang.

Di bengkel tempat bekerjanya selama ini, ia masih menerima konsumen pehobi batu akik, bahkan ratusan cincin berbahan stainless dan perak tanpa batu, siap memanjakan pengunjung yang datang.

"Kalau soal ukuran dan batunya itu, sesuai hobi dan selera," kata dia sedikit membuka jasa layanan service batu akik.

Tidak salah memang, pencinta batu yang berasal dari ragam usia, mulai remaja hingga kalangan orang tua, tetap setia dengan batu alam dari perut bumi Garut tersebut.

"Bapak pakai batu ini sejak remaja," ujar Ujang (52), salah seorang pehobi batu akik Garut.

 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Minim Promosi

Nanang mengaku salah satu kendala yang meredupnya pamor batu akik Garut, akibat minimnya promosi yang dilakukan pemerintah.

"Jangankan kejuaraan, promo pun sudah tidak ada, padahal potensinya tidak pernah surut," ujarnya.

Ia menyatakan, saat batu akik Garut merajalela, tak kurang dari puluhan orang berjubel mendatangi bengkelnya, namun kini pengunjung yang datang bisa dihitung dengan jari.

"Ada saja, asal toko buka pelanggan tetap berdatangan," ujarnya.

Saat itu, harga batu akik pancawarna jenis edong bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta, hanya untuk satu batu ukuran sebesar kepala kepala bayi dewasa.

"Itu dulu sekarang mah sudah jauh murah sekali," kata dia.

Untuk mengkatrol harga batu akik Garut, ia lebih memilih menjual dalam bentuk jadi menggunakan cincin, daripada menjual bahan baku batu akik.

"Batu akik hijau botol ini masih laku di angka dua juta," ujarnya.

Hal senada disampaikan Agus Mulyadi, (48) pengrajin batu akik Garut lainnya menyatakan, minimnya kejuaraan yang dilakukan pemda, menjadi salah satu sebab turunnya pamor batu akik Garut.

"Karena kurang dikenal, orang tidak memiliki kebanggaan menggunakan batu akik Garut," ungkap dia.

Saat ini jasa proses batu hanya berkisar Rp 25 ribu, sementara harga cincin yang akan digunakan untuk batu, berkisar Rp 50 ribu. “Kecuali menggunakan bahan perak atau emas bisa lebih mahal,” ujarnya.

Andi, biasa dipanggil disesama tukang batu akik Garut itu berharap, untuk mengembalikan pamor batu akik Garut, ia bersama pengrajin lainnya meminta agar pemerintah kembali mempromosikan batu akik khas Garut.

"Di luar daerah masih seru soal batu Garut ini, tapi malah di Garutnya biasa saja," katanya. 

Bahkan dalam beberapa kejuaraan pecinta batu akik dalam negeri, batu akik Garut kerap menjadi pemenang.

"Tapi biasanya yang menangnya bukan dari Garut, dia hanya membeli bahan dengan harga murah, kemudian diolah sendiri," katanya.

3 dari 3 halaman

Ajang Silaturahmi

Andi menyatakan, bagi masyarakat Garut, kerajinan batu akik tidak hanya sebatas hobi semata, namun merupakan budaya lama yang sudah mendarah daging.

"Lihat saja orang tua dulu, termasuk para menak dan bangsawan pasti pakai batu akik Garut," ujarnya bangga.

Selain potensi batu akik terutama pancawarna Garut yang terbilang melimpah, pola pengolahan kerajinan batu akik yang terbilang sederhana, mampu merekatkan silaturahmi sesama pehobi batu.

"Tidak ada ceritanya hanya minta dijadikan begini begitu, tapi harus ada interaksi, nah di sanalah adanya silaturahmi," kata dia.

Tak jarang meskipun pamor batu akik Garut mulai memudar, namun pecinta setia batu masih tetap berdatangan hingga kini.

"Ada juga dari Bandung, Jakarta yang sengaja hanya ingin mencari batu, mungkin buat kepuasan," ujarnya.

Andi menyatakan, untuk mengembalikan kejayaan batu akik, ia berharap pemerintah kembali menggencarkan sosialisasi batu akik, terutama saat momen tertentu atau kesempatan besar kegiatan di Garut.

"Minimal para pejabat atau aparat itu pakai batu, kan bagus tuh sebagai ajang sosialiasi dan promosi," ujarnya.

Dengan upaya itu, maka potensi batu akik yang cukup besar, diharapkan mampu menjadi sumber baru peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Banyak yang diuntungkan dengan membaiknya harga batu, tidak hanya perajin, namun juga perputaran ekonomi," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.