Sukses

Kisah Ibu Berusia 80 Tahun yang Masih Rela Jadi Pemulung di Makassar

Menggenjot becak jadi pilihan lantaran ia didesak untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama empat orang anaknya yang masih kecil-kecil

Liputan6.com, Makassar - Kesederhanaan, kerja keras dan semangat pantang menyerah yang dibalut dengan cinta dan kasih sayang adalah sesuatu yang selalu diajarkan Daeng Bello, seorang ibu berusia 80 tahun, di Makassar.

Ia mengajarkan anak-anaknya untuk bekerja keras dan tak bergantung kepada orang lain. Dan itu dibuktikannya, dengan tetap mencari nafkah meski telah berusia senja. Baginya, berpangku tangan dan menggantungkan hidup kepada orang lain adalah pantangan.

Daeng Bollo tinggal di Jembatan Merah, Kecamatan Tamalate, kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kerja keras telah dilakoninya semenjak muda, usai menjadi ibu sekaligus ayah untuk anak-anaknya.

Dahulu, ia pernah jadi tukang becak selama empat tahun selagi tenaganya masih bisa diandalkan. Rutenya seputar jalan Jembatan Merah, Tanjung, Nuri hingga jalan Penghibur di Pantai Losari.

Menggenjot becak jadi pilihan lantaran ia didesak untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama empat orang anaknya yang masih kecil-kecil. Keluarga ini ditinggal pergi oleh sang kepala keluarga, saat anak-anak masih kecil.

“Ditinggal suami sejak tahun 1960,” katanya, Minggu 22 Desember 2019.

Usia tak pernah bisa dibohongi. Kulit mengeriput dan tenaga berkurang jauh. Tetapi, ibu tua ini tetap bersahaja dan bekerja keras.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kata Daeng Bollo Soal Hari Ibu

Di usianya yang sudah 80 tahun ia tetap memulung. Itu lah pekerjaan yang bisa dilakoninya hari ini.

Nyaris tiap hari, ia memungut sampah plastik untuk dimasukkan ke karung. Lantaran tak kuat memanggul, karung itu hanya diseretnya.

Dia melakukannya dengan suka rela. Anak-anaknya telah berkeluarga.

Menurut Daeng Bollo, Tuhan tidak membedakan antara derajat laki dan perempuan dalam mencari nafkah. Apalagi sosok ibu sebagai ibu rumah tangga yang telah melahirkan, membimbing, mendidik dan mengajarkan anak tentang arti hidup ini.

"Sekarang ini saya hanya bisa memulung botol plastik, lalu disetor di pengumpul. Harganya 1.500 per kilogram, kalau dulu pernah jadi tukang becak. Hasilnya dipakai untuk makan sama empat orang anak. Saat ini mereka semua sudah berkeluarga," kata Daeng Bollo.

Bagi Daeng Bollo, menjadi seorang ibu bekerja adalah pilihan. Namun, dia yakin ada setiap berkah di baik semua keputusan yang didasari dengan niat baik.

Kepada Liputan6.com Daeng Bollo mengaku, tidak mengerti apa itu Hari Ibu yang setiap tahun dirayakan pada 22 Desember. Tetapi, sepenggal kisahnya adalah cerminan karakter dan gambaran perjuangan ibu sepanjang masa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.