Sukses

Hangatnya Suasana Kekeluargaan dalam Bajamba, Makan Bersama ala Warga Minangkabau

Tradisi bajamba ini berasal dari Koto Gadang, Kabupaten Agam, sejak agama Islam masuk ke Minangkabau sekitar abad ke-7.

Liputan6.com, Jakarta Bajamba merupakan tradisi makan bersama yang dilakukan masyarakat Minangkabau. Cukup dengan duduk bersama, biasanya tiga hingga tujuh orang membentuk lingkaran, dalam tempat tertentu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com, Bajamba biasa digelar pada hari-hari besar agama Islam, upacara adat, pesta adat, dan acara penting lainnya.

Tradisi bajamba mengandung makna yang mendalam. Makan bersama ini akan memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan status sosial.

Tidak hanya sekadar makan bersama, sebelum menyantap hidangan di depan mata, masyarakat Minangkabau biasanya mengawali dengan baca Al-Qur'an dan berbalas pantun. Ritual ini tak pernah dilupakan dalam tradisi bajamba untuk ucap syukur dan mempererat kebersamaan.

Bajamba pun memiliki etika di antaranya ketika makan, nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan. Setelah ditambah sedikit lauk pauk, nasi dimasukkan ke dalam mulut dengan cara dilempar dalam jarak dekat.

Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri harus ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan nasi tercecer.

Jika ada nasi yang jatuh ke tangan kiri, maka nasi harus dipindahkan ke tangan kanan dan dimasukkan ke dalam mulut dengan cara yang sama. Lakukan hingga nasi tak tersisa dipiring karena makanan yang disediakan wajib dihabiskan.

Posisi duduk pun harus diperhatikan. Bagi perempuan, posisi duduknya tegap bersimpuh, tidak membungkuk. Sedangkan untuk pria, posisi duduk harus bersila.

Untuk lauk pauk, biasanya disajikan masakan khas Sumatera Barat, berupa rendang daging, gulai ayam, asam padeh daging, terong balado, perkedel, dan lauk lainnya.

Biasanya nasi dan lauk disajikan dalam satu nampan atau pinggan besar. Karena penuh filosofi itulah, Bajamba ini menjadi prosesi adat yang layak jual sebagai daya tarik wisata.

Tradisi Bajamba memiliki sebutan lain yaitu makan barapak. Pada Festival Sumarak Minangkabau yang berlangsung selama tiga hari 13-15 Desember 2019, penyelengaraan tradisi ini dimulai dari arakan sampai makan bersama. Tujuan ditampilkan tradisi ini untuk melestarikan dan mempromosikan Pesona Budaya Minangkabau dan Melayu.

 

 

Nadiyah Fitriyah / PNJ

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.