Sukses

Prosotan Kekinian, Nostalgia Seru ala Millenial Banjarnegara

MA Negeri 1 Sigaluh, Banjarnegara, Selasa (17/12/2019). Mereka menggelar lomba prosotan ski air, sebuah permainan tradisional yang dimodifikasi sehingga terkesan kekinian

Liputan6.com, Banjarnegara - Bocah-bocah di pedesaan begitu akrab dengan permainan tradisional ini, prosotan. Prosotan bisa dilakukan di pinggir kali atau bidang miring, dengan dan tanpa alat.

Namun, permainan yang begitu populer pada masa silam itu nyaris menghilang. Kini, anak-anak lebih akrab dengan gadget dan gim online.

Tetapi, rupanya asyiknya prosotan itu tak hanya didominasi oleh anak-anak. Remaja pun masih begitu menikmati permainan tradisional ini. Tentu saja, ada beberapa modifikasi agar perosotan terkesan kekinian.

Itu yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1 Sigaluh, Banjarnegara, Selasa (17/12/2019). Mereka menggelar lomba prosotan ski air. Antar kelas beradu cepat membawa air dengan cara mengumpulkan air sebanyak-banyaknya.

Mereka mesti melewati jalur licin yang sengaja dibuat. Jalur licin tersebut menggunakan MMT bekas yang dialiri air dan dilumuri sabun. Akibatnya, jalur menjadi sangat licin, terutama saat berada di jalur menanjak.

Saking licinnya, banyak peserta yang terpeleset ketika menanjak mengambil air atau ketika turun meluncur. Mereka meluncur tak terkendali menabrak temannya. Tawa pun pecah.

“Tim yang paling banyak mengumpulkan air, dialah pemenangnya,” kata Ketua OSIS SMA Negeri 1 Sigaluh Aji Prasestio.

Dia bilang, prosotan ini adalah nostalgia masa kecil siswa SMA Negeri Sigaluh yang sudah menginjak usia dewasa. Dulunya, mereka begitu akrab dengan permainan tradisional ini.

“Apa lagi ini musim hujan, kita sudah jarang bermain khas anak-anak, prosotan, hujan-hujanan. Sehingga ini seru sekali setelah kita kemarin pusing dengan soal ujian,” ucap dia.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Permainan Tradisional versus Gawai

Seorang peserta, Tegar Putratama mengaku sangat senang dengan permainan ini. Sebab permainan tradisional ini mengandung unsur kerjasama dan kekompakan.

“Kita diharuskan untuk saling membantu terutama pada trek menanjak dan licin, dan juga tidak berebutan meluncur karena bisa menabrak teman lainnya. Ini sangat seru dan menyenangkan,” kata Tegar.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA Negeri 1 Sigaluh, Heni Purwono mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, kegiatan itu mampu menambah kekaraban siswa dan juga banyak nilai positif di dalamnya.

MMT yang digunakan siswa untuk jalur prosotan adalah bekas spanduk sosialisasi selama satu tahun yang sudah tidak dipakai. Ini merupakan konsep reuse atau pemanfaatan kembali barang bekas.

Bahkan, usai kegiatan ini, bekas MMT itu juga akan dipakai untuk media kanvas untuk pameran lukisan.

“Mereka memang saya beri rambu-rambu untuk membuat kegiatan yang murah, meriah namun punya nilai karakter. Ternyata itu mampu diterjemahkan dengan baik,” ucap Heni.

Selain itu, aktivitas prosotan mengajak siswa untuk melakukan aktivitas fisik, tidak hanya sibuk dengan gawai mereka. Tak dipungkiri, kini gajet begitu mendominasi kegiatan remaja.

Dalam aktivitas fisik itu ada interaksi, kerja sama dan saling menolong. Dan itu, sangat berbeda dari permainan gim komputer atau gawai.

“Sebenarnya kita bisa saja memilih mengisi jeda semester dengan kegiatan e-Sport misalnya, namun kita tidak ingin anak-anak semakin asyik dengan dunia maya, sekaligus melupakan asyiknya permainan tradisional yang nyata,” Heni menjelaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.