Sukses

Janji Respon Cepat BPBD DIY dalam 16 Menit Saat Bencana Longsor

DIY memiliki 16 kecamatan yang rawan longsor. Saat ini dari ratusan Early Warning System yang dipasang, apakah semuanya berfungsi?

Liputan6.com, Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) rawan bencana alam mulai dari tsunami, banjir, erupsi gunung api, gempa, hingga tanah longsor. Khusus bencana tanah longsor BPBD DIY memiliki Respon Time bencana longsor.

"Target kita mengurangi dampaknya tapi lebih ke respon time (saat bencana longsor)," kata Manager Pusdalops BPBD DIY Senin, 9 Desember 2019.

Danang mengatakan respon time bencana longsor di DIY kurang dari 30 menit. Hal ini menjadi kesiapsiagaan BPBD DIY dengan BPBD di masing-masing Kabupaten Kota.

"Sementara respon time kami 16 menit begitu ada kejadian (longsor)," katanya.

Menurutnya respon time bencana longsor menjadi panduan penanganan bencana. Respon yang baik dari petugas penanganan bencana cukup penting. 

"Saat kejadian ada petugas yang mengendalikan situasi," katanya.

Kepala BPBD DIY Biwara Yuswantana mengatakan bagian penting dalam menghadapi bencana adalah masyarakatnya. Pemahaman masyarakat dalam menghadapi bencana menjadi paling penting.

"Ancaman apa di daerahnya, apakah ada pohon lebat dan ada potensi roboh. Longsor itu diawali dengan hujan. Lewat hujan kita bisa pantau tanda-tandanya," katanya.

Mempermudah respon time bencana longsor di DIY maka BPBD DIY memasang sensor tanah longsor di beberapa titik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

 Pemasangan EWS Tanah Longsor

Hujan yang merata mengguyur Yogyakarta, membuat BPBD DIY memasang tiga EWS tanah longsor di Kulonprogo. Manager Pusdalops Danang Samsu Rizal mengatakan pemasangan EWS tanah longsor ini untuk mengurangi risiko bencana saat musim hujan.

"Saat ini kita pasang (EWS) kita pasang kerja sama dengan beberapa instansi. Seperti EWS Merapi dengan BPPTKG lalu cuaca ekstrem dan kegempaan dengan BMKG," katanya di Ngrancah. 

Danang mengatakan setiap musim hujan, bencana banjir dan longsor sering terjadi di DIY sehingga perlu adanya pemasangan EWS tanah longsor di beberapa titik rawan.

"Menurut pengamatan kami, alat-alat sebelumnya kurang andal, kenapa kurang andal karena kurang dirawat," katanya.

Danang mengatakan alat EWS yang dipasang menggunakan teknologi terkini. Alat tersebut mampu mengukur kerekahan, kemiringan lereng, hingga kelembapan tanah.

"Alat ini selalu kirim data ke kami. Ketika melampui ambangnya alat tersebut memberikan peringatan. Biasanya curah hujan segini, terjadi longsor dia kirim itu," katanya. 

Danang menjelaskan sensor tanah longsor di DIY tersebar di beberapa titik lokasi rawan. Berbagai langkah dilakukan BPBD DIY untuk antisipasi bencana longsor mulai dari yang sederhana hingga langkah selanjutnya.

"Pemasangan EWS ini yang advance. Kan ada yang sederhana dan yang advance, ini yang advance," katanya.

Danang mengatakan, tahun ini BPBD DIY memasang tiga EWS di Kulonprogo yaitu di Ngrancah, Nanggulan, Dusun Klepu, Banjar Arum Kalibawang, dan Dusun Jeruk di Gerbosari Samigaluh. 

"Ini teknologi, keberanian inovasi saja. Teknologi dari UGM dari ITB ada. Semuanya 800 juta di tiga desa dan aplikasinya," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.