Sukses

Perjuangan Aipda Bambang Terobos Jalanan Berlumpur demi Ajar Warga Perbatasan RI-Malaysia

Anggota polisi ini mengatakan, untuk bisa mencapai dusun-dusun yang berada di perbatasan RI-Malaysia tersebut harus melewati bukit, hutan belantara, dan hamparan kebun sawit dengan kondisi jalanan berlumpur.

Liputan6.com, Sanggau - Bambang Supriyanto, tertegun ketika menyambangi desa-desa di Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat (Kalbar). Anggota polisi berpangkat Aipda ini menemukan anak-anak pedalaman di Kalbar banyak yang putus sekolah dan buta huruf.

Kondisi tersebut membuat Kanit Binmas Polsek Jangkang ini terdorong menjadi tenaga pendidik di daerah terpencil. Ia lantas mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) bekerjasama dengan Yayasan Setia Bhakti.

Bapak satu anak ini mendatangi kantong-kantong anak putus sekolah dan mengajak mereka untuk kembali bersekolah melalui pendidikan nonformal. Setidaknya ada 12 desa di Kecamatan Sanggau yang dia sambangi.

"Niat saya menjadi guru bantu hanya ingin mencerdaskan masyarakat di daerah terpencil," kata Bambang saat bincang-bincang di Polres Sanggau belum lama ini.

Niat baik Bambang menuntaskan pendidikan warga di desa terpencil rupanya mendapat respon positif dari masyarakat. Apalagi dia juga ingin membantu memberantas buta aksara di sana.

Tahun 2016 adalah awal pertama dimulai pendidikan non formal atau kejar paket A, B, dan C yang setara dengan pendidikan formal SD, SMP, dan SMA. Kegiatan belajar mengajar dilakukan seminggu dua kali.

Aktivitas ini dilakukan dengan fasilitas seadanya seperti di gereja, balai pertemuan, hingga rumah kepala dusun.

"Jadwal mengajar kami dilakukan setelah selesai masyarakat beribadah di gereja. Kami dibantu 20 tutor untuk mengajar di PKBM di 12 desa," ujar bapak satu anak ini.

Ke-12 desa yang menjadi fokus perhatian anggota polisi ini untuk memberantas buta huruf dan anak putus sekolah di antaranya di Desa Semiarau, Desa Balai Sebut, dan Desa Majelne, Kabupaten Sanggau.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Melewati Jalanan Berlumpur

Bambang menuturkan, mengajar di daerah pelosok butuh perjuangan ekstra. Untuk bisa mencapai dusun-dusun yang berada di perbatasan RI-Malaysia ini harus melewati bukit, hutan belantara, dan hamparan kebun sawit dengan kondisi jalanan berlumpur.

Rantai sepeda motor putus di tengah hutan hingga terjerembab dalam kubangan lumpur sedalam lutut orang dewasa sudah menjadi hal biasa.

Tak peduli seragam polisinya hingga buku-buku mata pelajaran harus kotor terkena cipratan lumpur di jalanan. Ini semua demi menuju ke sekolah tersebut, memberikan ilmu kepada anak muridnya. Terkecuali jika cuaca buruk, Bambang meminta tutor yang ada di desa untuk menggantikannya.

Menurut Bambang, faktor ini yang menyebabkan angka putus sekolah di desa terpencil di Kecamatan Sanggau sangat tinggi.

Minat belajar anak-anak di sana sejak beberapa tahun lalu sebenarnya mulai tumbuh. Mereka antusias untuk masuk SD karena biaya pendidikan sudah ditanggung pemerintah.

Namun, karena tak ada sekolah representatif yang mudah dijangkau siswa di sana sehingga banyak anak tidak melanjutkan sekolah.

"Jadi rata-rata anak di sini hanya sampai kelas 2 SD, karena sekolah di sana jauh-jauh, lewatin bukit, jalan lumpur. Ada juga satu desa umur 17 tahun ke atas buta aksara," kata dia.

Kecamatan Sanggau berada di pelosok Kalimantan Barat. Topografi wilayah ini perbukitan, dikelilingi hutan dan perkebunan sawit berbatasan langsung dengan Negara Malaysia. Letaknya yang terpencil membuat Sanggau tertinggal di segala bidang. Potret kemiskinan kentara di sana.

Letak Sanggau yang terasing di balik belantara hutan membuat banyak orang enggan ditugaskan ke sana. Itulah sebab tenaga pendidik banyak yang tidak bertahan lama disana.

Kini, pendidikan masyarakat di Sanggau mulai membaik. Hal ini tentu berkat jasa seorang anggota polisi beserta guru-guru yang bernaung di Yayasan Setia Bhakti masyarakat pelosok Sanggau mulai bisa baca tulis, bahkan pemuda pemudi yang tadinya putus sekolah kini bisa melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi.

"Ada juga yang ikut paket C sekarang sudah diterima sebagai PNS," tuturnya bangga.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.