Sukses

Bermula dari Perundungan, Pelajar di Pekanbaru Kritis Dianiaya Teman Sekelas

Seorang pelajar menganiaya teman sekelasnya hingga patah tulang hidung. Kajadian itu berawal dari aksi perundungan.

Liputan6.com, Pekanbaru - Seorang pelajar yang tak disebutkan namanya terbaring lemas di salah satu ruang perawatan Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru. Sebagian wajahnya dibalut perban karena mengalami patah tulang hidung.

Foto pelajar kelas 8 ini beredar di salah satu akun Facebook. Dia menjadi korban penganiayan yang berawal dari bullying teman sekelasnya pada 4 November 2019. Kasus ini juga sudah dilaporkan ke Polresta Pekanbaru.

Kabid Humas Polda Riau Komisaris Besar Sunarto membenarkan adanya laporan kasus tersebut. Keluarga korban melapor ke Polresta Pekanbaru pada 6 November 2019.

"Korban merupakan pelajar di salah satu SMP negeri di Kecamatan Tenayan Raya," sebut Sunarto, Jumat (8/11/2019).

Sunarto mengatakan, kasus ini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru. Sejumlah pihak akan diminta keterangan dalam kasus ini.

"Apabila ada perkembangan akan disampaikan nanti," sebut Sunarto.

Orangtua korban, Lala, menyebut kondisi anaknya sudah mulai membaik sejak dioperasi. Hanya saja korban belum bisa banyak berbicara karena sakit di bagian hidungnya.

"Nanti polisi berencana membawa anak saya ke Rumah Sakit Bhayangkara (untuk divisum)," kata Lala.

Lala menyebut hidung anaknya patah karena dipukul temannya di ruang belajar memakai kayu. Lala mempertanyakan dari mana kayu itu berasal dan guru tidak mengetahui ada keributan saat belajar.

"Ada gurunya di sana, tapi katanya tidak tahu ada keributan, bagaimana ceritanya sampai gak tahu," kata Lala.

Sebelumnya, dalam unggahan aun Facebook atas nama Rani Chambas menyebut, hidung korban yang mengalami patah tulang sudah dioperasi. Hanya saja akun ini tidak menyebut di ruang mana korban dirawat karena permintaan orangtuanya.

Dia menyebut penganiayaan berawal bullying ini terjadi di dalam kelas. Di ruang itu disebut ada guru tapi seolah tidak tahu adanya pemukulan terhadap korban karena sibuk bermain telepon genggam.

Pihak keluarga juga sudah mendatangi pihak sekolah. Karena tidak ada jalan keluar dari sekolah, orangtua korban memutuskan melapor ke Polresta Pekanbaru.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.