Sukses

Menunggu Penyelidikan Kasus Kematian Balita Diduga MR di Garut

Dinas Kesehatan Garut, masih menunggu hasil resmi yang dilakukan Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Provinsi Jawa Barat terhadap dugaan imunisasi MR tersebut.

Liputan6.com, Garut Misteri kematian Ayudia Zahrani (2), balita pasangan Sugiatmi (37) dan Suwandi (40) warga  Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, yang meninggal usai vaksinasi Measles and Rubela (MR), segera menemukan titik terang.

Hingga kini Dinas Kesehatan Kabupaten Garut masih menunggu hasil penyelidikan dari Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Provinsi Jawa Barat, ihwal kematian itu.

“Nanti rencannya mereka (Komisi) yang langsung akan mengumumkan kepada media,” ujar Sekertaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dokter Janna Markus Yajariawati, Ahad (27/10/2019).

Menurutnya, penyelidikan yang dilakukan Komnas PP KIPI ini berdasarkan data dari hasil investigasi yang dilakukan Dinas Kesehatan terkait kasus ini. “Kita sudah kirim semua datanya mulai diimunisasi, sekarang kita tingga menunggu saja hasil analisasinya bagaimana,” kata dia.

Untuk menyampaikan laporan itu segara gamblang, lembaganya mempersilahkan pihak komisi menyampaikan hasil penyelidiknnya, langsung di depan media. “Soal waktunya mungkin dalam waktu dekat, mungkin besok atau lusa,” kata dia.

Tidak hanya itu, selain menyampaikan kepada masyarakat secra luas, lembagnya bakal menyampaikan pemberitahuan kepada Puskesmas Haurpanggung, tempat korban diimunisasi MR untuk menyosialisasikan kepada masyarakat.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Minta Klarifikasi

Sementara itu, Komisi 4 DPRD Kabupaten Garut segera memanggil Dinas Kesehatan untuk menympaikan klarifikasi ihwal kematian balita yang diduga akibat MR tersebut.

“Di Garut ini baru pertama kali, jadi kami sangat prihatin,” ujar anggota Komisi 4 DPRD Garut, Karnoto.

Menurutnya, imunisasi MR merupakan program pemerintah sebagai bagian pencegahan balita terhadap penyakit campak dan rubella.

“Makanya ini harus secepatnya diungkap, supaya masyarakat bisa tahu dan tidak ada kejadian seperti ini kedepannya,”harap dia.

Sebagai program lanjutan imunisasi dari pemerintah ujar dia, lembaganya berharap seluruh petugas memahami betul manajemen proses pelaksanaan, mulai imunisasi hingga setelahnya. “Maknya kami ingin tahu apakah karena MR atau ada hal lain,” ujar dia.

 

 

3 dari 3 halaman

Jangan Takut Vaksin

Sementara itu Wakil Bupati Garut dokter Helmi Budiman mengatakan, di tengah proses ivestigasi yang dilakukan pihak Komisi, lembaganya meminta masyarakat untuk tidak takut melakukan imunisasi.

“Itu kan program pemerintah, jadi jangan takut,pemerintah sudah sangat mempehitungkan, karena imunisasi juga penting dilakukan,” pinta di.

Setelah kejadin itu, lembaganya ujar dia mengaku belum mendapatkan informasi lengkap ihwal kematian Ayudia Zahrani (2) tersebut. “Nanti laporan secara lengkapnya akan disampaikan secara langsung oleh pihak Komisi,” ujar dia.

Menurutnya, sejak pertama kali laporan itu muncul, lembaganya langsung turun tangan melakukan serangkaian pemeriksaan.

“Kita masih tunggu hasil lab dan penjelasan lengkap dari Dinas Kesehatan, termasuk pihak Komisi, jadi saya belum tahu apakah meninggalnya ini akibat vaksin MR atau penyakit lain,” kata dia.

Helmi menyatakn, imunisasi vaksin MR merupakan program pemerintah secara nasional. Anak yang sudah mendapatkan imuniasi  MR ujar, memiliki kekebalan terhadap penyakit sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup.

“Kalau ada reaksi setelah imunisasi itu anak panas masih wajar. Tapi kasus ini akan kita dalami,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.