Sukses

Mengungkap Tabir Kematian Jutaan Ikan di Pantai Cilacap

Sarjono juga membantah informasi yang menyebut bahwa ikan-ikan ini mati karena racun.

Liputan6.com, Cilacap - Sabtu, 12 Oktober 2019, warganet Cilacap dan sekitarnya dibikin heboh oleh fenomena jutaan ikan mati dan terdampar di Pantai Cemarasewu, Jetis, Cilacap.

Ikan-ikan itu mendadak terdampar pada Sabtu siang. Ratusan warga pun berebut memungut ikan yang bertebaran di sepanjang pantai.

Saking banyaknya ikan, bahkan ada yang mengaku mendapat satu mobil pikap. Nampak dalam foto, ratusan orang memungut ikan dengan wadah kantong plastik hingga karung.

Spekulasi penyebab kematian ikan ini pun berkembang liar. Ada yang menghubungkan dengan fenomena alam, lantaran saat ini musim pancaroba. Tetapi, ada pula yang lantas menghubungkannya dengan hal-hal yang sulit dinalar.

Misalnya, menghubungkan fenomena jutaan ikan mati ini dengan tanda malapetaka. Ada juga yang menganggapnya sebagai tanda bakal terjadinya tsunami.

Perihal jutaan ikan mati dan terdampar di Pantai Jetis ini, Sarjono, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap membenarkan peristiwa ini. Ia menyebut, peristiwa ini biasa, namun langka.

Kejadian biasa, lantaran peristiwa serupa pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya. Langka, lantaran sangat jarang terjadi.

Dia bilang ikan-ikan mati itu adalah ikan yang sempat terjaring nelayan. Tetapi, jaring jenis payang itu sobek saat sudah berhasil menangkap jutaan ikan itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jutaan Ikan Mati, Amankah Dikonsumsi?

"Ikan jenis petek, kemungkinan antara dua ton. Tapi karena jenis ikan kecil jadi memang banyak sekali," ucapnya, Sabtu malam, 12 Oktober 2019.

Informasi yang diperolehnya, nelayan pemakai jaring payang itu berasal dari Cilacap, antara PPC atau Sentolokawat. Wilayah tangkap nelayan Cilacap memang sampai ke area Kebumen.

Sekilas jaring payang, Sarjono mengemukakan, Payang adalah jenis jaring tarik tradisional. Perahu-perahu ukuran sedang biasa mengoperasikan jenis jaring ini. Kapasitas jaring mencapai dua hingga tiga ton.

"Mungkin karena sudah lapuk, terus akhirnya ambrol, nggak bisa naik ikannya. Saya yakin nelayannya juga sangat menyesal," dia mengungkapkan.

Sarjono juga membantah informasi yang menyebut bahwa ikan-ikan ini mati karena racun. Dia menjamin, tak ada nelayan Cilacap yang menggunakan bahan-bahan berbahaya saat menangkap ikan.

Pun dengan fenomena alam. Dia mengatakan, mati dan terdamparnya jutaan ikan itu bukan karena fenomena alam. Penyebabnya, adalah insiden dalam penangkapan ikan.

Dia juga menjamin ikan itu aman dikonsumsi, asal masih dalam kondisi segar. Jika sudah membusuk, warga diminta untuk tak memakannya.

"Ikan itu mati karena kekurangan oksigen sewaktu berada di jaring," dia mengungkapkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.