Sukses

Kisah 'Penunggu' Museum Riau, dari Harimau Putih hingga Sosok Tangan Terikat Ular

Cerita horor menghiasi Museum Sang Nila Utama di Pekanbaru, Riau. Penjaga dan pengunjung sering melihat penampakan makhluk gaib di museum.

Liputan6.com, Pekanbaru - Dengan cepat Rini Syafitri mengubah pandangannya. Seketika gadis berhijab ini, memejamkan matanya dengan kepala mengarah ke bawah sambil melipat kedua tangannya di pintu masuk Museum Sang Nila Utama, Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru.

Beberapa menit setelah mengumpulkan keberanian, perempuan berperawakan besar ini mendongakkan kepala. Dia kembali melihat ke sudut kanan lantai dua museum sambil meyakinkan diri tidak akan memalingkan mata lagi ke sosok yang tengah menatap tajam ke arahnya.

"Saya lihat di sana, sosok perempuan berambut acak, salah satu penunggu di museum ini. Bukan manusia," cerita Rini mengenang pengalamannya melihat makhluk gaib penunggu museum tersebut kepada Liputan6.com.

Bukan pertama kali. Peristiwa serupa sudah sering dialaminya, melihat makhluk halus, sejak bekerja di museum di bawah Dinas Kebudayaan Provinsi itu.

Ragam bentuknya. Ada yang kecil hingga besar. Adapula berwajah tak bersahabat dan pada waktu lain muncul membawa aura positif.

"Kalau yang dilihat waktu itu memang agak menyeramkan. Sampai sekarang masih ada," ucap Rini.

Terkadang, Rini juga melihat harimau putih berkeliaran di lantai dasar museum. Sosok satwa itu mendekati replika dua harimau sumatra dan beruang madu serta binatang lainnya di balik kaca koleksi museum.

Memang tidak setiap hari Rini menyaksikan hal ganjil di museum. Terkadang dia memilih berdiam diri di meja penjamu tamu.

"Kadang datang (sosok) ke meja ini, berkeliaran di areal ini. Sudah biasa jadinya," ucap Rini yang mengaku bisa melihat sosok selain manusia.

Bagi karyawan lain Museum Sang Nila Utama, Rini terkadang diajak bercanda. Dia diminta memanggil makhluk lain penunggu museum untuk datang ke meja depan pintu.

"Coba panggil, kan banyak di sini ya Rin," ucap Endrizal alias Atuk, koordinator pemandu pengunjung museum.

"Janganlah Tuk, ngapain dipanggil kadang datang sendiri," jawab Rini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lampu tak Mau Hidup

Atuk tak menampik apa yang diceritakan Rini. Pria yang sudah 27 tahun sebagai kurator museum ini menyatakan tempat kerjanya dihuni banyak makhluk gaib.

"Namanya benda yang sudah lama, sejak zaman dahulu, tidak tahu apa yang bersamanya," kata pria 57 tahun ini.

Dia menjelaskan, dulunya ada buruh bangunan di museum jatuh dari lantai dua. Buruh harian ini tidak bisa diselamatkan karena posisi kepala tiba duluan ke bawah dan pergelangan tangannya patah.

Sosok buruh ini, tambah Atuk, pernah merasuki kru Tukul Arwana untuk mengisi acara di salah satu stasiun televisi swasta. Atuk menyaksikan sendiri dan sempat berbicara dengan perasuk kru tadi.

"Kedua tangannya seperti terkilir dan beradu gitu. Pergelangan tak bisa dilepaskan karena dililit ular," cerita Atuk.

Beberapa kejadian sering berlangsung di museum ini, bahkan pada siang hari. Kalau malam, Atuk menyebut jangan mencoba masuk kalau tidak punya nyali besar.

"Tapi bukanya sampai sore saja, malam tentu sepi. Hanya ada penjaga di luar," sebut Atuk.

Ruangan yang sering tampak makhluk astral berada di pojok kanan lantai dasar. Di sana ada pelaminan khas Melayu, sebuah kasur dan etnografi Sakai sebagai salah satu suku asli Riau di Bengkalis.

Sisi ruangan itu selalu remang-remang akibat pantulan cahaya dari ruangan lain. Lampu di sana nyaris tidak pernah hidup. Bukan disengaja, tapi aliran listrik sering bermasalah di lampu-lampu replika itu.

"Lampunya sering putus, aliran listrik baiknya sebentar saja. Habis itu rusak lagi. Mungkin mereka ingin gelap-gelap saja," jelas Atuk.

3 dari 3 halaman

Warga Makin Ramai Berkunjung

Beberapa pengunjung mengaku ada yang melihat sosok tertidur di kasus samping pelaminan. Pengakuan pengunjung, makhluk itu berambut acak, pelipis bengkak menghitam dengan bola mata sayu.

"Ada juga yang melihat sosok kakek duduk di batu keong, itu benda arkeolog berusia 5 juta tahun," kata Atuk.

Selain titik tersebut, Atuk menyebut ada koleksi keramik ataupun guci besar yang dijadikan penunggu museum sebagai tempat tinggal.

"Ada dua wujudnya di sana, letaknya di koleksi bagian atas. Lihatlah ke sana," canda Atuk.

Beberapa anak yang diyakini punya indra keenam ataupun indigo, jarang yang berani masuk ke museum. Mereka selalu berteriak ketika baru masuk di pintu museum dan ingin pulang.

"Makanya kepada anak sekolah yang berkunjung, biasanya saya tanyai ada yang bisa melihat. Kalau ada saya minta tidak usah masuk karena tidak kuat nantinya," sebut Atuk.

Di balik itu, cerita horor ini terkadang membuat penasaran masyarakat dan berefek positif bagi museum. Pengunjung berdatangan karena rasa penasaran itu, lalu berkeliling di museum.

"Terkadang ada anak sekolah mengatakan ingin melihat hantu. Jadi cerita ini membuat orang berkunjung, bukan menjauh," imbuh Atuk.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.