Sukses

Kocak, Warganet Banyumas Bandingkan Hari Tanpa Bayangan dengan Bayang-Bayang Mantan

Kata ‘Bayangan’ dalam hari tanpa bayangan rupanya benar-benar diresapi oleh warganet. Banyak yang lantas membandingkan hari tanpa bayangan Banyumas dengan bayang-bayang mantan.

Liputan6.com, Banyumas - Sebanyak 35 kabupaten kota di Jawa Tengah, termasuk Banyumas dan Cilacap bakal mengalami hari tanpa bayangan, antara 10-13 Oktober mendatang.

Wilayah paling cepat mengalami hari tanpa bayangan di Jawa Tengah adalah Jepara. Sebuah wilayah di sisi utara timur Jawa Tengah. Di Jepara, hari tanpa bayangan terjadi pada Kamis, 10 Oktober, pukul 11:24:29 WIB.

Kebalikan wilayah Jepara yang berada di sisi utara timur Jawa Tengah yang menjadi wilayah yang mengalami hari tanpa bayangan tercepat, Kabupaten Cilacap menjadi wilayah terakhir Jawa Tengah yang mengalami fenomena ini, yakni pada Minggu, 13 Oktober 2019, pukul 11:30: 20 WIB.

Berita mengenai hari tanpa bayangan pun lantas beredar di dunia maya. Di Facebook, misalnya, banyak warganet Banyumas yang membagikan berita mengenai peristiwa yang sebenarnya rutin terjadi tiap tahun ini.

Di Grup Facebook Banyumas dalam info, misalnya, seorang pengguna Facebook dengan akun bernama Waluyo Yulianto Sutarno mengunggah sebuah tangkapan layar bersumber dari berita hari tanpa bayangan Liputan6.com.

Dia juga menyelipkan tautan berita tersebut. Dan ia, sama sekali tak menambah keterangan dari unggahannya itu. Sepertinya akun Waluyo hanya ingin berbagi informasi fenomena langka ini.

Tanpa dinyana, unggahannya memantik perhatian warganet. Lebih dari 400 pengguna Facebook menanggapi unggahannya. Unggahan berita fenomena hari tanpa bayangan Banyumas dan Cilacap itu juga banjir komentar.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Warganet: Bayang-Bayang Mantan

Fenomena hari tanpa bayangan itu mendapat respon beragam. Bukan warganet namanya jika tak menanggapi dengan kocak sebuah unggahan. Beberapa komentar lainnya menggelitik.

Kata 'Bayangan' dalam hari tanpa bayangan rupanya benar-benar diresapi oleh warganet. Banyak yang lantas membandingkan hari tanpa bayangan Banyumas dengan bayang-bayang mantan.

"Anane bayangan sang mantan," tulis akun Jigol Doang.

Komentar akun ini lantas disambar pengguna Facebook lainnya, Dewa Dewi. "Emang bner terbayang2 di wajahmu yng imut," tulis Dewa Dewi.

Komentar lain tak kalah kocak soal bayangan mantan juga ditulis oleh akun Ardika Faligh Nurrohman. "Hari tanpa bayangan mantan kapan ya," tulis dia, barang kali komentarnya mewakili perasaannya saat itu.

Di luar komentar kocak nan menggelitik, ada pula komentar yang pendek namun memvonis. "Hoax" tulis Aggy Tri Fanny Alamsyah. Mungkin saja, akun ini tak membaca artikel di Liputan6.com, dan malah sibuk membaca komentar di Facebook.

Nah, untuk menghindari sesat pikir hari tanpa bayangan, keterangan dari Kepala Stasiun Meteorologi Cilacap, Taruna Mona Rachman ini bisa menjadi pencerahan. Bahwa hari tanpa bayangan itu ilmiah dan fenomena alam biasa.

Mona menjelaskan, sebenarnya, hari tanpa bayangan rutin terjadi dua kali tiap tahun di Indonesia. Hanya saja, fenomena ini selalu menarik saat terjadi pada kemarau.

 

3 dari 4 halaman

Penjelasan Hari Tanpa Bayangan

Pada kemarau, tutupan awan minim sehingga mempermudah pengamatan. Dan hari tanpa bayangan, bakal terjadi secara beruntun, di Jawa Tengah, termasuk di kawasan Banyumas Raya.

Mona menerangkan, kulminasi atau transit atau istiwa' adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama.

Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang". Karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.

"Karena itu, hari saat terjadinya kulminasi utama, dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan," kata Mona, Senin, 7 Oktober 2019.

Di Jawa Tengah, 35 kabupaten atau kota bakal mengalami hari tanpa bayangan, mulai 10 Oktober 2019. Ini terjadi baik wilayah yang berada di sisi utara, maupun sisi selatan Jawa Tengah.

Secara bertahap, semua wilayah bakal mengalami hari tanpa bayangan. Semarang, misalnya, bakal mengalami hari tanpa bayangan pada Jumat, 11 Oktober 2019, pukul 11:25:06 WIB.

Gerak semu matahari akan terus terjadi dan menyebabkan wilayah di sisi selatan bakal mengalami hari tanpa bayangan di hari berbeda. Di Banjarnegara, hari tanpa bayangan akan terjadi pada Sabtu, 12 Oktober 2019.

 

4 dari 4 halaman

Waktu Hari Tanpa Bayangan Banyumas dan Cilacap

Pada hari yang sama, Banyumas dan Purbalingga juga akan mengalami hari tanpa bayangan. Di Purbalingga, hari tanpa bayangan terjadi pukul 11:29:10 WIB. Selanjutnya, hari tanpa bayangan Banyumas terjadi pukul 11.29 WIB.

Kebalikan wilayah Jepara yang berada di sisi utara timur Jawa Tengah yang menjadi wilayah yang mengalami hari tanpa bayangan tercepat, Kabupaten Cilacap menjadi wilayah terakhir Jawa Tengah yang mengalami fenomena ini.

Hari tanpa bayangan Cilacap bakal terjadi pada Minggu, 13 Oktober 2019, pukul 11:30:20 WIB. Beberapa saat sebelumnya, fenomena serupa secara berurutan juga terjadi di Purworejo dan Kebumen, wilayah yang berada di garis lurus.

Mona mengemukakan, tak ada yang aneh dengan hari tanpa bayangan. Penyebab hari tanpa bayangan karena bidang ekuator bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi.

Karenanya, posisi matahari dari bumi akan terlihat berubah terus sepanjang tahun antara 23,5 derajat LU sampai dengan 23,5 derajat LS. Hal ini disebut sebagai gerak semu harian matahari.

Pada tahun ini, matahari tepat berada di khatulistiwa pada 21 Maret 2019 pukul 05.00 WIB dan 23 September 2019 pukul 14.51 WIB. Adapun pada 21 Juni 2019 pukul 22.55 WIB matahari berada di titik balik Utara (23,5 derajat LU) dan pada 22 Desember 2018 pukul 11.21WIB matahari berada di titik balik selatan (23,5 derajat LS).

"Mengingat posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat matahari berada di khatulistiwa," dia menjelaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.