Sukses

Ketika Alunan Musik Batak Berkelana Bersama Opung Marsius

Perjalanan hidup kakek kelahiran Palipi, Kabupaten Samosir ini telah membawanya melanglang buana karena keahliannya memainkan instrumen musik Batak Toba.

Liputan6.com, Bandung - Orang Batak patut bangga punya Marsius Sitohang (66). Dia merupakan seorang seniman tradisional cum dosen ilmu budaya Batak. Dengan bekal kemahiran meniup seruling tradisional Batak atau sulim, Marsius telah mengunjungi beberapa negara di benua Asia, Eropa, dan Amerika di sela-sela tugasnya menjadi staf pengajar di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.

Perjalanan hidup kakek kelahiran Palipi, Kabupaten Samosir ini telah membawanya melanglang buana karena keahliannya memainkan instrumen musik Batak Toba. Begitu pula dalam beberapa kesempatan ia dipercaya menggarap musik untuk pertunjukan Opera Batak.

Pada Rabu (2/10/2019) lalu, puluhan muda-mudi di Bandung cukup beruntung karena dapat berbagi ide dan bertukar ilmu seni tradisi bersama Opung Marsius.

Kegiatan yang dilaksanakan pada sore hari di Lakipadada Spot, dimanfaatkan sebagai tempat untuk berdialog. Pada kesempatan ini, turut hadir kelompok musik anak muda Batak, D'Bamboo.

Stacia Sitohang, penggagas acara tukar pengalaman bersama seniman Batak Marsius Sitohang menggiring perbincangan santai. Marsius pun menanggapi dengan gembira antusias muda-mudi yang merantau untuk mendengarkan musik Batak.

Marsius membagi beberapa cerita mengenai perkenalannya dengan musik. Ketika masih SD, ia belajar meniup seruling sambil menggembala kerbau. Pria yang hanya tamat kelas 2 ini kemudian mencoba masuk dalam grup Opera Batak.

"Dulu, waktu proses belajarnya tidak pakai metode seperti sekarang ini. Saya dengarkan lalu dicoba terus sampai akhirnya bisa masuk opera," katanya.

Marsius memutuskan keluar dari opera sekitar 1981. Ia tak sanggup melanjutkan kariernya bermusik karena kerap meninggalkan keluarga. Pada 1985 dia diminta untuk mengajar di USU. Selain itu, dia juga mengajar seni tradisi untuk difabel di Medan.

"Saya sekarang ini pengajar di USU jurusan Ilmu Budaya serta mengajar siswa tunanetra di salah satu SD di Medan. Saat berhenti dari opera itu, saya sempat jadi tukang becak. Saya mengajar bukan karena tamatan kuliah, tapi karena pengalaman bermusik hingga jadi dosen tetap di situ," ucapnya.

Marsius, meski dia tidak bisa membaca dan menulis, kini mengajar musik tradisional Batak Toba, di jurusan Etnomusikologi, USU. Di kampus negeri itu, ia mengajari mahasiswanya bermain alat musik tradisional Batak seperti Hasapi, Sulim, Serunai, dan banyak lagi.

Dia mengatakan, bahwa sangat penting bagi generasi muda Batak untuk mempertahankan keseniannya karena merupakan identitas mereka sebagai masyarakat Batak.

"Cita-citaku pada waktu mengajar itu bagaimanalah caranya agar kebudayaan berkembang. Kalau dinilai dari gaji saya mengajar, itu tidak sebanding. Namun pun begitu tujuan saya mengajar adalah agar seni tradisional ini bisa dipertahankan," ujar Marsius.

Dia menuturkan, sudah banyak orang mancanegara mulai berbagai belahan benua yang kini mahir memainkan alat musik Batak. Mereka sangat cepat mempelajari.

"Jadi, anak muda Batak jangan sampai kita belajar dari luar negeri. Kalau bisa supaya belajarlah pada budaya dan seni kita sendiri. Saya juga berharap orang tua mendukung kegiatan anaknya mempelajari budaya," harap Marsius.

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tampilkan Kolaborasi

Sementara itu, vokalis D'Bamboo Bonggud Sidabutar mengakui eksistensi seni tradisi Batak mulai mengalami kemunduran sejak berkembangnya teknologi. Sadar bahwa pelestarian musik tradisional Batak mulai tergerus, Bonggud bersama kawan-kawannya membentuk D'Bamboo yang berusaha menghadirkan pertunjukan musik dengan menggunakan idiom musik tradisi Batak dan populer.

"Kebetulan dari kami berlima sedikit banyak fasik bermain alat musik tradisional walaupun yang murni hanya berdua. Kami juga termotivasi dengan maestro musik Batak seperti Opung Marsius ini," katanya.

D’bamboo yang bergenre World Music, lanjut Bonggud, ingin melestarikan serta mengangkat kembali eksistensi musik tradisional Batak ke kancah nasional maupun internasional dengan menggabungkannya dengan musik modern, agar kemasannya lebih menarik.

"Memang seni tradisi ini kelihatan kuno banget, tapi kita tidak bisa meninggalkan budaya sendiri. Kita terus belajar dan hadirnya D'Bamboo sendiri hadir agar generasi muda tertarik pada musik tradisional dan tidak lupa dengan budayanya sendiri," ucapnya.

Acara bertukar ide tentang musik Batak di Lakipadada Spot ditutup dengan penampilan Marsius bersama D'Bamboo. Namun, penampilan mereka selengkapnya akan tersaji pada Jumat (4/10/2019), di Gedung Tertutup Dago Tea House, pada pukul 18.30. Mereka akan tampil dalam acara konser teatrikal musik Batak yang disutradarai Stacia Sitohang.

"Melalui konser nanti, kami ingin menyampaikan pesan ke generasi muda agar mereka mau melihat kembali fundamental musik Batak," kata Stacia.

Simak video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.