Sukses

Pesan Pimpinan Muhammadiyah Jateng Usai Tewasnya 2 Mahasiswa Kendari

Mewakili PD Muhammadiyah Purbalingga, ia mengungkapkan kerpihatinan dan duka mendalam atas tewasnya mahasiswa yang tengah berunjuk rasa di Kendari

Liputan6.com, Pemalang - Tewasnya dua mahasiswa Kendari, La Randi (21) dan Muhammad Yusuf Kardawi (19) memicu unjuk rasa nyaris di seluruh wilayah Indonesia. Kedua mahasiswa tewas saat berdemonstrasi.

Masyarakat Indonesia berduka. Keduanya dianggap sebagai martir demokrasi.

Kelompok masyarakat yang paling berduka adalah warga Muhammadiyah. Namun begitu, para tokoh Muhammadiyah di berbagai tetap mengimbau agar warga tetap tenang dan arif menyikapi tewasnya dua mahasiswa ini.

Ketua Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, H Ahmad HM mengatakan lebih baik warga Muhammadiyah, khususnya keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bersabar serta menunggu hasil investigasi tewasnya mahasiswa Kendari ini.

"Mudah-mudahan bangsa Indonesia, khususnya Kabupaten Pemalang selalu damai dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan oleh kita semua," ucapnya, dalam keterangan tertulisnya, Minggu 29 September 2019.

Dia juga menyatakan segenap pimpinan Muhammadiyah Pemalang menyerahkan sepenuhnya pengusutan atau investigasi kasus tersebut kepada kepolisian.

Mewakili PD Muhammadiyah Purbalingga, ia mengungkapkan kerpihatinan dan duka mendalam atas tewasnya mahasiswa yang tengah berunjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara. Karenanya, ia berharap agar kasus ini segera tuntas.

"Semoga arwah beliau diterima di sisi Allah SWT, dan kepada keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan ketabahan, keikhlasan serta tawakal," dia mengungkapkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Imbaun Agar Masyarakat Tak Tercerai-berai

Ketua PD Muhammadiyah Purbalingga, Ali Sudarmo meminta agar masyarakat tak tercerai berai. Sebab, Allah melalui Al-Quran telah mengajarkan beberapa hal agar sesama umat manusia tidak diadu domba, terlebih sesama umat Islam.

Ali menjelaskan, hal pertama yang harus dilakukan adalah Li Taarofu, atau saling mengenali, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam QS Al-Hujarat:13.

"Ayat tersebut memberikan pelajaran bahwa kita dilahirkan ada yang laki, perempuan, beda suku bangsa, tapi supaya diperintah untuk saling kenal mengenal. Kita walaupun beda pilihan, beda Ormas, beda warna kulit beda budaya. Namun hakikatnya semua perbedaan itu yang akan diterima Allah adalah ketaqwaannya," ucap Ali.

Setelah saling mengenali, kemudian Tafahum yaitu harus memahami. Mulai dari memahami agama diri sendiri, agama orang lain, organisasi sendiri, organisasi orang lain, dan sebagainya. Kalau sudah paham tidak akan mudah diadu domba.

"Tapi kalau hanya yang dipahami diri sendiri saja, tanpa pahami orang lain maka akan mudah diadu domba," katanya.

Dia pun mengimbau agar masyarakat Takaful, atau saling percaya. Urusan pemerintahan percayakan urusannya kepada bupati dan atasannya, urusan agama kepada ulama atau kiai. Adapun urusan keamanan kepada TNI/POLRI.

"Meski saling bantu membantu tapi urusan ini telah dibagi agar terfokus pada permasalahan. Namun semua akan menuju pada kemaslahatan," dia menjelaskan.

Terakhir, yakni Taawun atau tolong menolong. Taawun sebagai puncak dari hubungan sosial antar manusia.

"Dalam Taawun sudah tidak lagi melihat background masing-masing orang," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.