Sukses

Kesengsem, Ungkapan Cinta dalam Karya Olah Digital Seniman Bandung

Karena kesenangan tetap bisa diciptakan.

Liputan6.com, Bandung - Hal-hal yang disukai diri sendiri belum tentu bisa dengan mudahnya dimengerti orang banyak. Namun, kesenangan tetap bisa diciptakan.

Alih-alih mencari kesenangan, seniman olah digital asal Bandung Al Zeinuar Tresno justru menyadarkan banyak hal.

Bahwa hobi menggambar punya satu kata kunci yaitu kesenangan sebagai pintu masuk terhadap semangat bereksperimen, melatih kepekaan dan menuangkan gagasan.

Karena itulah, Al mencurahkan isi kepalanya agar dapat memberikan pesan kepada setiap orang yang melihatnya.

Sekurangnya 100 karya gambar hasil olah digital itu ia pamerkan dalam pameran tunggal bertajuk Kesengsem di Morgy Coffee, Kota Bandung, Jumat (27/9/2019).

"Pada awalnya, saya jatuh cinta teramat dalam akan sesuatu hal yang berbau klasik atau vintage. Semua karya ini menggambarkan hal-hal yang saya sukai dan miliki," kata Al ditemui Liputan6.com di sela-sela pameran.

Tema Kesengsem diangkat tanpa menyembunyikan apapun. Sehingga para pengunjung pameran olah digital ini diharapkan dapat memahami dengan tepat hal-hal yang hadir dalam pikiran pembuatnya.

Kebanyakan potret yang hadir adalah legenda musik klasik rock dan folk. Mulai dari Elvis Presley, Jimi Hendrix, Joan Baez, Freddy Mercury hingga Robert Plant. Tak kalah menariknya hadir pula musisi nasional seperti Chrisye dan Nike Ardilla.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Nuansa Lampau

Selain musik, Al juga menampilkan rupa barang retro. Seperti mobil-mobil klasik, motor tua bahkan aktivitas busana yang dipakai dalam berbagai aktivitas manusia masih berkaitan dengan nuansa lampau.

Al mengaku inspiratornya dalam berkarya tak lain adalah ayahnya sendiri, Ir. Drs. Soetrisno, B.E. Meskipun ada perbedaan mencolok di antara keduanya di mana sang ayah melukis realis menggunakan ballpoint ataupun cat minyak.

"Saya sendiri bukan tidak menyukai kanvas. Sebelum terjun ke bidang desain grafis justru awalnya dari melukis di kanvas. Setelah banyak dipelajari akhirnya saya memilih untuk serius di olah digital," ujar Al.

Ratusan gambar yang dihadirkan sendiri merupakan berbagai karya Al dari 2015-2019.

Pendekatan olah digital yang coba dihadirkan Al cenderung memperkaya unsur-unsur khasanah unsur-unsur rupa seperti kualitas garis, olah warna, tekstur pada bidang, rana, sudut pandang, gelap terang hingga penyajian komposisi.

3 dari 3 halaman

Melawan Keterbatasan

Al bercerita soal keterbatasannya dalam menyelami bidang olah digital. Ia mengawali proses belajar dari ketiadaan memiliki laptop pribadi.

Namun, pasang surut keterbatasan itu tak membuat personel band indie The Fox and The Thieves itu mudah menyerah.

"Mengejar segala keinginan sebesar apapun yang kita mau walaupun dengan segala keterbatasan yang ada, asalkan punya niat dan tekun semuanya bisa terjadi. Asalkan tetap rendah hati menjalaninya," ucap Al.

Salah satu karya Al yang mencolok di pameran ini adalah komik yang bercerita tentang seseorang yang merelakan orang yang dikasihinya. Sebuah roman singkat yang dikemas secara sederhana.

Seperti yang dituturkan Mufti Priyanka atau Amenk di pengantar pameran, karya-karya Al terlihat lebih fleksibel dengan perpaduan semangat kekinian.

"Karya-karya Al ialah cerminan kesenangan itu sendiri. Karya-karya yang lahir dari rasa suka yang menggelontor lalu lalang di benak pikirannya hingga mendarah daging menjadi cerita romansa tersendiri," kata Amenk.

Pameran ini sendiri diadakan hingga 29 September 2019. Seluruh lukisan juga dijual untuk publik dan dapat dibeli ketika acara berlangsung.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.