Sukses

Tiga Puncak Favorit Berburu Milky Way di Banyumas

Petunjuk dari Stellarium-web.org, gugus Via Lactea itu membentang dari arah Tenggara ke Barat Laut pada pukul 00.00 WIB, September 2019. Planet Jupiter, Saturnus, kemudian bintang Vega, Altair, dan Deneb bakal unjuk diri.

Liputan6.com, Purbalingga - Dari perbukitan di Eks Karesidenan Banyumas, kamera dengan diafragma besar dan speed rendah mampu menangkap pita cahaya dari kumpulan jutaan bintang yang terletak di piringan Galaksi Bima Sakti. Mari berburu Milky Way.

Berdasarkan petunjuk dari Stellarium-web.org, gugus Via Lactea itu membentang dari arah Tenggara ke Barat Laut pada pukul 00.00 WIB, September 2019 ini. Selama tidak ada kabut dan polusi cahaya, maka planet Jupiter, Saturnus, kemudian bintang Vega, Altair, dan Deneb bakal terpajang di lini masa media sosialmu.

Lantas, dimana sih lokasi asik berburu Milky Way di Eks Karesidenan Banyumas? Liputan6.com merangkum 3 bukit yang cocok untukmu camping ceria sekaligus mengasah keahlian fotografi.

Pertama adalah Camp Area Wadas Gantung, Dusun Gunung Malang, Serang, Purbalingga. Dari pusat kota Purbalingga, Dusun Gunung Malang, Desa Serang, Kecamatan Karangreja berjarak sekitar satu jam perjalanan menggunakan kendaraan. Dusun yang terkenal dengan produk kopi arabikanya itu merupakan pintu pendakian Jalur Konservasi Gunung Slamet via Puncak Gunung Malang.

Setelah check-in di Base Camp, camping ground area dapat dicapai dalam waktu satu jam perjalanan. Wadas Gantung sendiri terletak pada ketinggian 1.768 Mdpl dan merupakan pos pertama jalur pendakian. Jika lelah, ingat keinginan berburu Milky Way.

Jika tak mau repot bawa perbekalan banyak, pengunjung bisa menghubungi jasa Trip Planner setempat seperti Camp Hemat. Mereka sudah terbiasa menjadi tour guide dan menyiapkan segala sesuatunya untuk kenyamanan pengunjung.

Owner Camp Hemat, Agung Wibowo (30) mengatakan Camp Area wadas Gantung merupakan favorit pengunjung untuk berburu foto Milky Way. Titik kemah sendiri berupa dataran lapang yang dihiasi padang ilalang.

“Dari pos Wadas Gantung lampu kota bisa terlihat jelas, sedangkan selama tidak ada kabut, Milky Way bakal terlihat dengan mata telanjang. Kemudian saat fajar nanti, matahari terlihat dari balik perbukitan Dataran Tinggi Dieng,” ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gunung Prau

Saat Dieng Culture Festival kemarin, wisatawan barangkali terlewat syahdu dinginya puncak tertingi di kawasan Dataran Tinggi Dieng yaitu Gunung Prau yang mencapai 2.590 Mdpl dengan camp ground pada ketinggian 2.565 Mdpl.

Gunung tersebut merupakan tapal batas Kabupaten Kendal, Wonosobo, Bajarnegara, Temanggung, dan Batang dengan beberapa jalur pendakian. Untuk Camp Hemat, Agung biasa membawa pengunjung melalui jalur pendakian via Pathak Banteng di Kawasan Wisata Dieng Plateu.

“Dari base camp, perjalanan di tempuh sekitar 3-4 jam perjalanan dengan jalur yang cukup curam. Tetapi, ada fasilitas ojek dari basecamp ke pos 1, menghemat 45 menit perjalanan,” katanya.

Dia menceritakan, mayoritas pengunjung terpuaskan dengan indahnya padang rumput dan pemandangan jajaran perbukitan yang lebih rendah. Apalagi jika hari cerah, Gunung Sindoro, Sumbing, Lawu, Merbabu, dan Merapi terlihat jelas di arah timur.

Sedangkan di arah Barat terlihat Gunung Slamet dengan hamparan awan putih di bawah. Jika beruntung, pada pagi hari bakal menemukan kristal es yang menempel permukaan tanah. Tetapi, pengunjung harus hati-hati dengan hipotermia karena cuaca ekstrim.

Selain bisa mengambil foto Milky Way di sana, Agung mengatakan Gunung Prau lebih terkenal dengan Golden Sunrisenya. Apalagi jika mengambil latar padang Bunga Daisy, Bukit Teletubies, dan Telaga Warna.

“Banyak yang bilang Golden Sunrise terbaik se Asia Tenggara berada di Gunung Prau,” ujarnya.

 Simak video berikut:

3 dari 3 halaman

Bukit Sikunir

Masih di kawasan Dieng Plateu, di sana terdapat desa tertinggi di pulau Jawa dengan ketinggian 2.306 mdpl. Namanya, Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Nah, Bukit Sikunir terletak di bagian timur desa tersebut.

Desy Nurul (26) warga Kabupaten Banyumas yang pernah menjajaki puncak bukit bersama Camp Hemat mengaku bukit tersebut termudah dibanding lainnya. Untuk bermalam di sana, tidak perlu berjalan jauh.

Pengelola sudah menyiapkan camp ground di tepi Telaga Cebong, dekat dengan area parkir bagi wisatawan. Kabut tipis yang menyelimuti permukaan telaga siap menemani malam syahdu para pengunjung.

“Jangan lupa aktifkan alarm, kita harus bangun pagi. Perjalanan menuju puncak Bukit Sikunir butuh 30 menit jalan kaki,” kata Desy.

Musim kemarau seperti bulan-bulan ini cocok untuk berburu foto. Cakrawala keemasan terlihat terang tanpa tertutup mendung. Gugus bintang malam, Milky Way nyata terlihat dengan mata telanjang.

Berbeda dengan gunung prau, deretan Gunung Sindoro, Sumbing, Merapi, dan Merbabu terlihat lebih dekat di Sikunir. Panoramanya tidak kalah, apalagi di bawah kaki nampak Telaga Cebong yang jernih.

Ditambah lagi kearifan masyarakat desa yang begitu ramah kepada wisatawan. Jika sedang perjalanan naik atau turun Bukit Sikunir, sapalah para petani yang ditemui. Dengan senyum hangat mereka akan menyambut wisatawan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.