Sukses

Ketika Gerak Alang-Alang Tak Jadi Puisi tapi Api

Lahan gambut terbakar di Kolaka Timur mencapai luas 200 hektare, sejumlah lokasi diselimuti kabut asap.

Liputan6.com, Kolaka Timur - Kebakaran lahan gambut di Kabupaten Kolaka Timur sudah mencapai ratusan hektare. Tercatat, 8 hari kebakaran hutan yang hanya melanda satu kecamatan, api telah menghanguskan sekitar 200 hektare lebih lahan gambut.

Pemda Kolaka Timur sudah meningkatkan peristiwa ini sebagai tanggap darurat kebakaran hutan. Hal ini dimaksudkan agar menjadi perhatian pemerintah pusat dan bantuan bisa segera datang.

Petugas Manggala Agni Daerah Operasi Tinanggea, menurunkan 15 personil untuk memadamkan api. Selain itu, ada tambahan personil Babinsa Kodim Kolaka, Polres dan BPBD Kolaka Timur.

Kurangnya personil dan kondisi medan yang berat, menyebabkan sejumlah petugas Manggala Agni kelelahan. Belasan personil ini sudah bekerja sejak 8 hari berturut-turut.

"Anggota saya lihat stamina agak turun, bukan lemah tapi memang keadaan di lapangan berat. Juga, mata merah karena debu, asap dan panas matahari," ujar Kepala Manggala Agni, Fanca Yanuar Kusuma, Rabu (4/9/2019).

Dia mengistirahatkan anggotanya selama sehari. Ini dilakukan untuk memulihkan stamina setelah lelah bekerja.

"Termasuk saya, saya istirahat dulu untuk memadamkan api bersama anggota. Tapi pantauan tetap dilakukan di wilayah kebakaran," tambah Fanca Yanuar Kusuma.

Kebakaran lahan gambut di wilayah Kolaka Timur meliputi Kecamatan Tinondo saja. Namun, dampaknya dirasakan pada sejumlah desa di wilayah itu.

Sebelumnya, Dandim Kolaka Letkol Amran WT mengatakan, kebakaran ini karena gesekan alang-alang dan rumput pada musim kemarau. Sehingga, dengan cepat menyebar ke sejumlah wilayah.

Kapolres Kolaka AKBP Susilo menyebut penyebab kebakaran hutan karena panas bumi. Api muncul dari dalam tanah dan menghanguskan wilayah lahan gambut kolaka dengan cepat.

Namun, pantauan wartawan di lapangan, ada sejumlah sumber api di lokasi lahan gambut terbakar. Beberapa diantaranya, nampak seperti baru dibakar karena berada di dekat lahan perkebunan warga.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gangguan Kabut Asap

Kabut asap sudah mulai menyelimuti sejumlah lokasi di wilayah Kecamatan Tinondo hingga ke wilayah Rate-Rate. Kabut muncul disepanjang jalan dengan jarak sekitar 5 kilometer sejak Selasa (3/9/2019) hingga Rabu (4/9/2019).

Padahal, jalan raya rute Kabupaten Kolaka Timur-Kolaka, merupakan jalan nasional. Rute ini menghubungkan jalur menuju Propinsi Sulawesi Tengah dan semua propinsi di wilayah sulawesi.

"Kalau kabut asap, kami sudah rasa dan memang menghalangi jalan. Jarak pandang sempat terbatas," ujar Andi Maseng, warga Tinondo.

Dia melanjutkan, rumah-rumah di sepanjang jalan nasional juga terkena dampaknya. Meskipun demikian, belum ada laporan soal warga yang terkena gejala infeksi saluran pernapasan.

Kepala Manggala Agni, Yanuar Fanca Kusuma mengatakan sejauh ini pihaknya berusaha memadamkan api. Hingga delapan hari kebakaran lahan gambut, belum ada tanda-tanda api akan padam.

"Belum ditahu kapan padam, kami masih berupaya ini. Sebab, selain personil kurang juga sumber air yang cukup jauh dan sedikit," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Keterangan Bupati Koltim

Bupati Kolaka Timur, Tony Herbiansyah mengatakan, apa yang diberitakan soal kebakaran di wilayahnya, tak sehebat apa yang terjadi di lapangan. Pihaknya juga sudah mengambil langkah-langkah untuk memadamkan.

Dia mengakui, tingkat kesulitan yakni antara sumber air dan titik api berjarak cukup jauh. Hal ini diatasi dengan mendatangkan alat berat yang akan bekerja memutus jalur api.

Dia menyebut, lokasi lahan gambut terbakar adalah kumpulan tanaman alang-alang, bukan hutan. Namun, dia kembali pernyataan berbeda ketika ditanya soal status lokasi yang terbakar.

"Status lokasi yang terbakar adalah, HPT (Hutan Produksi Terbatas). Hutan,"ujar Tony Herbiansyah.

Dia juga sempat mengatakan, dampak api dan asap belum terlalu terasa kepada warga. Karena aktifitas masyarakat dan desa di sekitar lahan, masih normal.

Padahal, pantauan wartawan di sejumlah lokasi sekolah, sejumlah murid sekolah dasar sudah menggunakan masker. Hal ini mengantisipasi bocah-bocah SD itu terserang ispa.

Soal estimasi pemadaman, pihaknya tak bisa mematok waktu. Menurut informasi yang didapat dari Manggala Agni, ada waktu sekitar 2 bulan saat pemadaman 2017 lalu di kabupaten yang sama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.