Sukses

43 Hari Suku Anak Dalam dan Petani Jambi Jalan Kaki Temui Presiden Jokowi

Aksi jalan kaki dari Jambi ke Jakarta ini merupakan aksi yang keempat kalinya. Aksi terakhir dilakukan 22 Maret 2016. Tuntutannya pun masih sama.

Liputan6.com, Jambi - Rombongan ibu-ibu tampak terampil memasak dan membungkus nasi dengan lauk seadanya. Setelah selesai, nasi bungkus tersebut langsung dibagikan kepada rombongan peserta aksi jalan kaki dari Jambi menuju ke Istana Jakarta untuk menemui Presiden Joko Widodo.

Makan siang di bawah pohon rindang itu pun dimulai dengan lahap. Habis makan siang mereka sejenak menggelar briefing dan selesai pukul 14.00 WIB, Selasa, 28 Agustus 2019.

Setelah briefing kecil, puluhan Suku Anak Dalam (SAD) dan petani yang bermukim di Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi langsung bergerak melanjutkan perjalanan ke Jakarta yang dimulai dari halaman kantor Gubernur Jambi, Telanaipura, Jambi.

"Satu komando, satu tujuan," teriak mereka memulai aksi.

Koordinator aksi Amir Todak mengatakan, aksi jalan kaki itu dilakukan untuk menemui Joko Widodo dan menagih janji dalam penyelesaian konflik agraria antara SAD dan petani dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Berkah Sawit Utama. Konflik ini telah berlarut-larut sejak tahun 1986 dan hingga kini belum terselesaikan.

"Total yang mengikuti aksi ini ada 50 orang perwakilan. Kami sangat berharap sekali bisa berjumpa dengan Presiden dan mengadu langsung soal konflik lahan yang tak kunjung selesai," ujar Amir.

Masa yang berjalan kaki ke Jakarta itu adalah masyarakat SAD batin 9 yang meliputi kelompok Jebak, Jangga, Bahar, Bulan, Telisak, Sikamis, Pemusiran, Burung Hantu, Singoan dan sebagian besar masyarakat kelompok tani. Selain ingin berjumpa dengan Presiden, mereka juga menolak pengukuran ulang Hak Guna Usaha (HGU) konsesi perkebunan kelapa sawit PT Berkah Sawit Utama.

"Aksi jalan kaki ini kami lakukan karena mediasi di tingkat pemerintah daerah selalu tidak terealisasi. Menurut kami hanya presiden yang bisa menyelesaikan konflik ini dan masyarakat yang punya hak itu 846 KK, ini sudah disahkan pemerintah melalui tim terpadu," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lama Perjalanan

Selain menuntut percepatan penyelesaian konflik, mereka juga meminta agar pemerintah mengembalikan lahan seluas 3.550 hektare kepada petani dan SAD. Kemudian lahan tersebut nantinya dikeluarkan sertifikat komunal supaya persoalan yang sama tidak terulang kembali.

Sementara itu dalam persiapan perjalanan mereka ke Jakarta itu, Amir Todak mengaku tidak ada persiapan khusus atau hanya ada satu mobil komando untuk mengantisipasi peserta yang sakit di perjalanan. Mereka percaya niat baik ini akan terlaksana meski tidak ada persiapan.

"Seluruh persiapan ala kadarnya, beberapa ibu-ibu juga ada yang terlibat, mereka bertugas memasak," katanya.

Diperkirakan perjalanan mereka akan menempuh jarak 799,7 kilometer dan akan sampai dalam waktu 43 hari kedepan. Setelah tiba di Jakarta mereka akan langsung menuju Istana Negara untuk menemui Presiden Joko Widodo.

Amir Todak mengatakan, aksi jalan kaki ke Jakarta ini merupakan aksi yang keempat kalinya. Aksi terakhir dilakukan 22 Maret 2016. Tuntutannya pun masih sama, yakni penyelesaian konflik agraria.

Konflik agraria yang dialami SAD dan petani itu sudah berlangsung selama 33 tahun. Bahkan sampai perusahaan kelapa sawit berubah nama dari PT Asiatic Persada menjadi PT Berkat Sawit Utama, tak kunjung selesai.

"Sudah empat kali kami aksi seperti ini, tapi konflik yang terjadi sejak puluhan tahun ini tidak selesai, kami berharap aksi ini adalah aksi yang terakhir agar kami diberikan jaminan dan perlindungan hukum untuk bertani," pungkas Amir.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.