Sukses

Berhasil Dipisahkan, Satu Bayi Kembar Siam di Palembang Meninggal Dunia

Operasi pemisahan bayi kembar siam ini dilakukan di RSMH Palembang selama 7 jam oleh tim yang terdiri dari 34 dokter.

Liputan6.com, Palembang - Operasi pemisahan bayi kembar siam di Palembang dijalani oleh sepasang bayi bernama Alisya Zahra dan Aysha Jahzara. Bayi berusia 15 hari ini lahir dengan kondisi perut dan dada menyatu dan beberapa organ tubuh yang tidak berfungsi sempurna.

Bayi kembar siam ini merupakan anak pertama dari pasangan Orin Safitri (26) dan Afit Bakhirul Anwar (30). Mereka dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muhammad Hoesin Palembang saat usia 5 hari.

Kedua bayi mungil ini lahir secara sesar dengan usia kehamilan 35 minggu, melalui proses eklamasi. Kondisi awal bayi Aysha sangat baik, tetapi berbeda dengan kondisi kesehatan bayi Alisya yang buruk.

Menurut Tim Operasi Kembar Siam dari RSMH Palembang yang berprofesi sebagai Dokter Spesialis Bedah Anak Sindu Saksono, berat badan bayi kembar siam ini saat dilahirkan seberat 2.340 gram.

Operasi pemisahan bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan ini, dilakukan selama tujuh jam pada hari Selasa (27/8/2019) dini hari. Ditangani langsung oleh Tim Dokter Ahli gabungan dari RSMH Palembang dan Rumah Sakit Dr Sutomo Surabaya yang dipimpin oleh Agus Harianto.

"Tim sebanyak 34 orang di antaranya dokter 20 orang diantaranya Bedah Plastik, Ortopedi, Cardiopasculer, Dokter Anak juga Spesialis Anastesi," ujarnya kepada Liputan6.com, di RSMH Palembang.

Proses operasi bayi kembar siam ini dimulai sejak pukul 01.00 WIB. Pada pukul 05.00 WIB dimandikan dan dikirim ke ruang operasi pada pukul 06.00 WIB.

Sekitar pukul 06.30 WIB hingga 09.00 WIB, tim dokter memasang alat anastesi. Namun, tindakan ini cukup sulit karena bayi sangat kecil, terutama mencari pembuluh darah. Operasi pemisahan dilaksanakan pada pukul 12.27 WIB dan selesai proses sekitar pukul 16.00 WIB.

"Sebelum operasi, kita optimis bisa menyelematkan keduanya dan berhasil memang memisahkan keduanya. Namun, bayi Alisya tidak bisa bertahan, karena paru-parunya kecil, jalan napas buntu dan jantungnya hanya berdenyut sesekali," ujarnya.

Bayi Alisya bertahan hidup selama ini, karena asupan darah dari Aysha. Jantung bayi Aysha membengkak karena kelelahan dan bisa berdampak buruk. Untuk itu bayi kembar siam ini harus dipisahkan.

Agar bisa menyelamatkan salah satu bayi, tim dokter harus mengambil tindakan penutupan saluran darah ke bayi Alisya. Seusai operasi, hanya satu bayi yang bisa diselamatkan tim dokter.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pantau Masa Kritis

Ketua Tim Operasi Kembar Siam dan sebagai Ketua Kelompok Staf Medik Ilmu Kesehatan Anak (KSN) juga Dokter Spesialis Anak Konsultan Jantung Anak Ria Nova mengatakan, bayi Aysha yang selamat akan melewati masa kritis selama tujuh hari ke depan.

"Kita waspadai suhu bayi agar tidak adanya hipotermia karena bayinya kecil. Ini harus dipantau sirkulasi darah. Karena ada penebalan pada jantung, operasi besar ini akan rentan infeksi," ungkapnya.

Selama kehamilan, sang ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin ke bidan hingga dengan memasuki usia kandungan 6 bulan.

Saat melakukan USG dengan dokter spesialis kandungan, ibu bayi sudah tahu akan melahirkan bayi kembar siam diperkirakan saat usia kandungan 28 minggu.

Afit Bakhirul Anwar, ayah dari sang bayi merasakan kesedihan, karena harus kehilangan salah satu anak pertama mereka.

Selama menjalani kehamilan, istrinya mengalami tekanan darah tinggi hingga kejang dan tidak sadarkan diri. Bayi Alisya akan dimakamkan kedua orangtuanya di Kecamatan Pedamaran Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumsel. "Operasi ini gratis karena kita pakai BPJS Kesehatan. Kami sangat sedih satu anak kami meninggal," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.