Sukses

Macan Loreng Hutan Pacitan Sering Muncul di Pagi Hari, Isyarat Apa?

Sejumlah warga di Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur melihat adanya macan loreng turun dari hutan ke pemukiman warga.

Liputan6.com, Pacitan - Warga di Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur geger. Pasalnya, sejumlah warga melihat adanya macan loreng turun dari hutan ke pemukiman warga.

"Sudah dua pekan ini ada macan. Jenisnya loreng bukan tutul," kata Kasie Trantib, Kecamatan Tegalombo, Djoko Jatmiko, Jumat (23/8/2019).

Menurutnya, ada sekitar 10 warga yang melihat langsung macan turun ke pemukiman. Jumlahnya ada lima macan loreng.

"Tiga anak macan loreng dan dua jantan serta betina yang dilihat oleh warga," jelas Jatmiko sapaan akrabnya kepada liputan6.com.

Menurutnya, macan dilihat warga saat dini hari menjelang subuh. Sekitar pukul 03.00 sampai pukul 04.00 wib.

Dia mengatakan, biasanya ada pertanda jika macan itu turun. Dia menyebutkan bahwa macan turun berarti di atas atau hutan tidak ada air yang bisa diminum oleh warga macan.

"Di atas kan berarti kemarau. Berarti sebentar lagi di sini (Gemaharjo) akan juga kemarau panjang," terangnya.

Namun demikian, saat ini belum ada tanda-tanda kekurangan air. Hanya memang sumber air mulai kurang. Misalnya, air di sungai sudah mulai mengering.

Sementara, salah satu warga, Dwi Eko mengatakan bahwa memang melihat macan tersebut. "Biasanya pagi keluarnya macan itu," jelasnya.

Dia berharap, pihak terkait dalam hal ini Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) segera mengambil langkah cepat. Karena beberapa warga resah dengan turunnya macan jenis loreng ke pemukiman.

"Ya resah lah, macan loreng turun ke pemukiman. Kalau sewaktu-waktu menerkam bagaimana? Kan membahayakan," jelasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Macan Loreng atau Macan Tutul?

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur Nandang Prihadi menyebut, pengakuan warga itu tengah ditelusuri timnya bersama Resort Konservasi Wilayah (RKW) 06 Ponorogo, Dinas Lingkungan Hidup Pacitan dan Muspika Tegalombo, Pacitan.

Namun dia belum bisa memastikan bahwa macan tersebut jenis loreng atau tutul. "Kami tengah melakukan survei ke lokasi. Tapi belum jelas tutul atau loreng," terang Nandang.

Dia mengatakan, dalam penelusuran masih hanya menemukan jejak kaki si macan. Jika dilihat dari jejak kaki, kemungkinan besar jenis tutul

Selama penelusuran, BBKSDA Jatim mengimbau agar warga tetap waspada dan jika ada kemunculan macan tutul, segera melapor ke KSDA setempat. Warga juga diimbau tidak melakukan tindakan yang dapat melukai satwa tersebut.

"Apapun itu, macan tetap binatang dilindungi. Jangan sampai dilukai," pintanya.

Dia mengatakan, warga tidak perlu khawatir. Saat ini pihak BBKSDA sedang melakuan penelusuran. Juga sedang memasang kamera trap.

"Jika memang kami pasang kamera trap. Ya nanti pasti ketahuan cepat atau lambat," jelasnya.

Menurutnya, memang ada kemungkinan masih ada macan itu. Mereka turun ke pemukiman karena air untuk minum tidak ada.

"Jadi mereka cuma mencari minum. Macan itu hidup di hutan luas dan bisa pindah-pindah. Artinya kalau mereka menemukan makanan bisa hidup lebih lama, apalagi ini kan beranak. Kalau sudah tidak menemukan makanan, mereka akan migrasi lagi. Pindah-pindah gitu," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.